Sabtu, 30 Mei 2009

Teenage Passions

Menjadi seorang gay bukanlah cita-cita gw, bahkan pada awal-awal gw menyadari ada yg ‘beda’ dengan orientasi seksual gw, gw menganggapnya sebagai mimpi buruk!!!. Gw pernah mengalami fase merasa abnormal, sedih, tertolak, kotor, menjijikan, pendosa, calon penghuni neraka dll tentang keadaan gw. Gw merasa hidup gw ga ada artinya, karena gw terlahir ‘beda’. Gw sempet menyalahkan Tuhan… Mengapa dia menciptakan gw seperti ini?

Gw terlahir sebagai anak lagi-laki, anak ke-3 dari 4 bersaudara. Masa kecil gw sama seperti kebanyakan anak-anak lainnya.Gw dibesarkan dalam keluarga sederhana, tapi penuh dengan cinta. Gw ga ngerasa kekurangan kasih sayang baik dari mamah maupun papah. Secara fisik maupun tingkah laku, gw ngerasa ga ada yang aneh. Sampai sekarang pun banyak temen gay gw yang bilang, kalo fisik dan prilaku gw tuh ga nunjukkin tanda-tanda kalo gw adalah seorang gay (yang gay aja sering terkecoh, apalagi yang normal? he he he…).

Masa-masa pubertas adalah titik awal gw menyadari kalo gw adalah gay. Karena saat itu gw lebih suka bermain dan memperhatikan teman cowok dibandingkan dengan teman cewek. Bahkan dalam mimpi basahpun yang muncul bukan cewek… Cuma ada cowok, cowok dan cowok!

Waktu itu umur gw baru menginjak 13 tahun. Sejak kecil gw memang seneng banget yang namanya olah raga. Entah itu berenang, bulutangkis, ataupun lari pagi. Di daerah gw, minggu pagi adalah harinya orang untuk lari pagi. Sepanjang jalan raya biasanya dipenuhi dengan orang-orang lari pagi. Hampir tiap minggu gw lari pagi sama sahabat kecil gw, yang juga merupakan tetangga gw. Sebut saja namanya Bayu. Bayu adalah sahabat yang baik dan menyenangkan. Kulit Bayu hitam manis, namun tak mengurangi ketampanannya. Darah jawa yang mengalir dari kedua orangtuanya, hanya terlihat dari fisik luarnya saja. Secara karakter dan tata bahasa, dia Sunda banget, maklum dia lahir dan dibesarkan di Bandung.

Suatu hari gw ngajak Bayu menginap di rumahku, agar keesokan harinya kami bisa lari pagi bersama. Dan jadilah Bayu menginap malam itu di rumahku untuk pertama kalinya.
Malam semakin larut… setelah kami lelah ngobrol ngalor ngidul. Akhirnya Bayu terlelap di samping gw. Rupanya Bayu kelelahan, maklum tadi siang dia mengikuti ekskul sepakbola di sekolahnya. Anehnya malam itu mata gw seolah sulit terpejam. Rasa kantuk gw seolah terbang entah kemana. 1 jam… 2 jam… hmmm… mata ini tak juga mau terpejam. Padahal jam sudah menunjukan hampir pukul 02.30 WIB. Ada debar aneh di berdetak di dada gw. Gw memandangi Bayu yang tengah tertidur lelap. Gairah muda gw muncul. Tanpa bisa dicegah, tangan gw dengan gemetar mendarat di dadanya. Gw hanya memeluk dia dan dia diam saja. Gw mencoba mencium pipinya… hmmmhhh gejolak birahi gw semakin tak terkendali. Untunglah Bayu tetap tertidur lelap. Keberanian gw semakin muncul. Tangan kanan gw dengan perlahan, mulai turun dari dadanya menuju bagian perut. Mengusap-usap tubuh Bayu. Tangan gw tak berhenti di perutnya… terus menuju ke bagian bawah perutnya… aku memegang tonjolan yang ada di celana pendeknya. Ooohh.. rupanya dia tidak memakai celana dalam. Dia hanya memakai celana basket yang terbuat dari bahan kaos. Gw mencoba menurunkan celana basketnya biru donkernya… terlihat kemaluannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus. Gw semakin bergairah. Kemaluannya yang tadinya layu, setelah gw memegangnya mulai mengembang. Yup.. menegang dan memanjang… ohhh gw semakin excited. Itulah pengalaman pertama kali gw memegang kemaluan orang lain.

Bayu, sedikit mengerang, mungkin sedikit terusik dengan ulah gw. Gw segera menutup celana dia. Namun kembali dia tertidur dengan nyenyak. Gw membuka lagi celana basketnya. Kemaluannya masih terlihat tegang. Entah ide dari mana, karena waktu itu gw belum pernah menonton film porno. Gw menciumi kemaluan Bayu, kemudian menjilatinya dan mengulumnya… Hmmmhhh nafas gw semakin tersenggal-senggal. Gw meng-oral kemaluan Bayu sambil memelorotkan celana pendek gw sendiri. Akhirnya gw mengocok kemaluan gw sendiri sampai terjadi ejakulasi.

Gw hanya mengelap ceceran sperma gw dan memakai celana gw lagi. Lalu gw kembali meng-oral kemaluan Bayu, bahkan lebih liar dari sebelumnya. Gw seperti kesetanan! Mungkin karena terstimulasi lidah gw, akhirnya Bayu menggelinjang, dan menggelepar. Dia ejakulasi!!!… Waduh gimana nih??? dengan sigap gw menutup celananya dan pura-pura tertidur sambil memeluk guling. Bayu terbangun, gw masih pura-pura tertidur lelap sambil merasakan debar jantung gw sendiri yang berdegup semakin kencang. Sumpah, gw takut banget ketahuan!

Kemudian Bayu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi, rupanya dia membersihkan ceceran spermanya. Dia kembali lagi ke tempat tidur, dan dengan cepat tertidur kembali. Ahhh untunglah… sepertinya Bayu tidak menyadari apa yang telah gw lakukan… Mungkin dia berpendapat kalo dia cuma mengalami mimpi basah.
Pukul 05.00 pagi Bayu membangunkan gw, dia mengajak gw siap-siap untuk lari pagi.

Sebenarnya gw ngerasa canggung melihat Bayu. Gw ngerasa berdosa terhadapnya. Tp anehnya gw tak melihat ada kejanggalan dari tingkah laku Bayu. Dia biasa saja, tak ada yang berubah. Mungkinkah dia tidak tahu apa yang sudah terjadi? Dan kamipun lari pagi bersama pagi itu.

Itulah pengalaman pertama gw merasakan kontak fisik dengan seorang laki-laki (yang sedang teridur he he he…). Namun kejadian serupa tak berakhir disitu. Hal itu terulang lagi dan lagi dengan Bayu. Dan tetap saja dia tidak menyadarinya. Dan kemudian ada ‘Bayu-Bayu’ lainnya yang jadi korban gw he he he… Syukurnya aksi gw ga pernah ketahuan. Atau, entah mereka pura-pura tidak tahu??? Whatever…

Conclusions:
Kayanya kejadian kaya gini adalah kejadian klasik kaum gay ya? coz gw denger, beberapa teman gay gw juga punya pengalaman yang sama dengan gw. Fuiihhh… gay oh gay…

Do You Really Love Me?

Menemukan seorang soulmate yang bisa sepikir, sejalan dan satu visi dengan kita, adalah impian semua orang. Kita berharap pasangan kita adalah seorang yang sempurna, secara fisik, karakter, attitude, maupun financial. Tapi apa yang kita inginkan seringkali ga sesuai dengan kenyataan. Bahkan bisa jauuuuuh banget…
Kalo kita telusuri, ga ada tuh pasangan yang bener-bener ‘cocok’. Yang ada ada hanyalah ‘mencocokan’ diri. Kecocokan itu bukan ‘dicari’ tapi ‘dihasilkan’, dari adaptasi dan toleransi.

Pada awal-awal pacaran, mungkin semuanya terasa indah. Karena masing-masing masih belum memperlihatkan karakter aslinya. Beda pendapat, gesekkan, dan pertengkaran adalah bumbu pacaran. Tapi yakinlah, lewat semua itu kita bisa tau apa yang pasangan kita mau.
Sepenggal kisah masa lalu… kisah kasih gw sama seseorang. Dia sering tanya sama gw, “kenapa kamu sayang sama aku?’. Pertanyaan yang sederhana! Tapi jawabannya ga sesederhana kedengarannya.

Kalo gw jawab karena kamu cakep, tar kalo sudah tua dan jelek udah ga sayang lagi dong? Kalo gw jawab karena kamu baik, tar kalo suatu saat dia lagi bad mood dan nyebelin, gw ga sayang lagi dong? Ah memang sulit menjawabnya… tapi gw yakin sama perasaan gw sendiri kalo gw tuh sayang, bahkan sayang banget sama dia. Lalu dengan mantap gw menjawab “I Love You Just The Way You Are” . Aku mencintai kamu apa adanya... Dia tersenyum sambil matanya berkaca-kaca…

Dalam menjalin hubungan, sudah sepatutnya kita mencintai pasangan kita dengan tulus. Kita harus mencintai dia “apa adanya” bukan karena “ada apanya” he he he… Yup, kita harus mencintai pasangan kita secara satu paket. Bukan hanya mau menerima segala kelebihannya, tapi kita juga harus mau menerima semua kekurangannya.

Orang bijak berkata: cinta sejati itu tidak butuh alasan. Kalo cinta itu dilandasi oleh alasan-alasan karena dia cakep, kaya, baik dan lain-lain… percayalah, itu bukanlah cinta sejati.
“Mencintailah bukan dengan KARENA”. Aku mencintaimu KARENA kamu…. (isi dengan kelebihan-kelebihan pasangan kita), tetapi “Mencintailah dengan WALAUPUN” . Aku mencintai WALAUPUN kamu…. (isi dengan kekurangan-kekurangan pasangan kita). Kalo kita bisa mencapai fase ini, maka kita sedang menuju cinta yang sejati. Seperti lagunya Once, yang berjudul Kucinta Kau Apa Adanya: Aku mau mendampingi dirimu… Aku mau cintai kekuranganmu… selalu bersedia bahagiakanmu… Apapun terjadi, kujanjikan aku ada… (so sweet…)
Jadi saat pasangan kita bertanya “Do You Really Love Me?” tak perlu ragu, katakanlah “I Do Love You!”

Conclusion:
Cinta bukanlah sekedar kata-kata indah. Cinta tanpa pengaktualisasian adalah omong kosong.

Senin, 04 Mei 2009

Persahabatan Bagai Kepompong...

Buat gw Daffa adalah sahabat terbaik gw di dunia gay. Orangnya bawel, sensi, mudah emosi jiwa, jutek, kadang agak selfish, shopaholic, celetukannya bisa bikin kuping merah (yg ini mah kayanya ketularan dari gw dech he he he…). Tapi dia orangnya care bgt, enak diajak ngomong, bisa bikin suasana jd rame, solider, kadang bijak kadang gila he he he.., pinter padu padan baju, parno sama yang horor-horor (gw suka sengaja bikin dia makin parno he he he…), barbie maniac, jago bikin kue, suaranya keren (apalagi kl udah nyanyi lagu dangdut hmmmm… pokoknya ga ada lawan dech). Kayanya kalo gw disuruh nyeritain tentang kepribadian dia yang ‘ajaib’ itu, ga akan habis dalam 7 hari 7 malam dech he he he…

Sudah hampir 5 tahun gw sahabatan sama dia, banyak pengalaman gila yang kami lalui bersama, termasuk pasang surut hubungan kami. Secara fisik kami ga terlalu sering ketemu. Mungkin karena jarak yang memisahkan kami, gw di ujung sini sementara dia nun jauuuuuh di sana he he he… Tapi itu bukan patokan untuk mengukur seberapa dalam kualitas relationships kami.

Daffa berasal dari keluarga yang agamis, tapi dia orangnya open minded dan ga fanatik. Dia sunda muslim dan gw chinese nasrani, tapi hal itu ga pernah jadi kendala dalam persahabatan kami. Karena kami ga suka mempermasalahkan hal-hal yg berbau sara... tapi suka ilfeel sama yang berbau ketek atau bau jempol mah hi hi hi… (gubrakkk… apa hubungannya ya?).

Salah satu yang unik tentang Daffa adalah, dia terlahir sebagai anak kembar. Yup, dia punya kembaran, namanya Daffi. Secara fisik sih mirip tapi beda style. Adiknya cowok banget, sementara Daffa princess banget he he he… Suaranya juga mirip lho, kalo lewat telpon gw sering dibuat bingung ngebedain antara suara Daffa dan Daffi. Mereka kembar, tapi mereka ga kompak dalam hal orientasi seks he he he.... Yang satu suka cewek cantik, sementara yang lainnya suka cowok ganteng he he he... O iya, tepat sebulan kemarin, adiknya menikahi seorang gadis. Sebelum menikah, adiknya dengan hati-hati mengajak Daffa bicara;
“Daffa… hmm ..hhmm ad…ada yang mau gw omongin…” terbata-bata.
“Apaan sih?!! ngomong aja!!…” Sahut Daffa (dengan intonasi jutek ibu tiri he he he…).
“Sebenernya, gw ga enak ngomongnya nih…” sambung adiknya.
“Ya,dibikin enak aja atuh!!” masih dengan nada jutek.
“ehhmmhh… gini.. ehmmm giniiii…”
“Aduh ribet amat sich? To the point aja lah!” Daffa kehilangan kesabaran.
“Gw mau… mau minta ijin sama loe… bulan depan gw mau married. Sebagai adik, gw ga enak kalo harus melangkahi loe sebagai kakak…” Lanjut Daffi.
“Aduh gitu aja repot!!! Nikah ya nikah aja!!! Sok rariwueh maneh mah!!!” kata Daffa dengan enteng.
“Iya, gw ga enak aja harus ngeduluin loe nikah. Tapi, kalo nunggu-nunggu loe juga kayanya bakal kelamaan, karena sampai sekarang loe belom keliatan punya cewek....”
(ya eyaaaa laaahhh sampai lebaran lutung juga ga akan punya cewek, coz ga nyari-nyari cewek sih hi hi hi…).
“Stop, stop, stooop!! Gw udah ngerti kelanjutannya… ga usah ngebahas yang ga penting!!. Intinya loe minta ijin gw nikah kan? Ya udah nikah sana…” Daffa memotong pembicaraan.

Kembali ke masalah tentang persahabatan kami. Sebenernya awal persahabatan kami, sangat klise sih. Diawali dengan chatting dan akhirnya ketemuan di depan salah satu LPK di jalan Pasirkaliki Bandung. Lalu gw ajak dia berenang di salah satu kolam renang yang terletak di jalan Setiabudi. Pulangnya gw dan Daffa nekat ke lembang padahal hari sudah malam, cuma sekedar buat makan Ayam Brebes doang trus balik lagi.

Kami brerdua naik motor padahal dia ga pake jaket. Mulai dari situ hubungan dan komunikasi kami terjalin dengan baik. Pada awalnya Daffa ada ‘perasaan’ sm gw. Tapi entah kenapa, gw ngerasa kalo gw dan Daffa lebih baik bersahabat aja, tanpa dibumbui dengan cerita asmara.

Bersama berjalannya waktu, akhirnya kami masing-masing punya BF. Tapi hal itu tak mengurangi intensitas hubungan persahabatan kami. Jangan salah sangka dulu ya, hubungan kami murni persahataban bukan TTM –an atau pun selingkuhan.
O, ya seperti yang gw ceritakan di blog postingan sebelumnya, gw juga punya sahabat brondong yang bernama Ronald. Kronologisnya, gw ketemu sama Daffa dulu, baru beberapa bulan kemudian gw ketemu sama Ronald. Secara terpisah, gw bersahabat dengan Daffa, dan gw juga bersahabat dengan Ronald. Setelah sekian lama, gw bersahabat dengan mereka masing-masing. Akhirnya gw mempertemukan Daffa dan Ronald.

Sungguh aneh bin ajaib, pada awal pertemuan mereka, mereka sama-sama saling tidak interest. Saling jutek-jutekan. Tapi sekarang mereka bisa bersahabat. Malah lengket banget, bagai permen karet nempel di sandal jepit he he he… Jadilah kami 3 sahabat. Kami sahabatan bertiga bukan dengan maksud meniru, apa lagi mau menyaingi: 3 Diva, AB Three, RSD, Trio Libels, Trio Kwek Kwek, Molucas, Lex’s Trio (idiiiih jadul pisan he he he…), Bimbo (makin jadul he he he..) atau pun Trio Macan lho ha ha ha… Tapi bener-bener nge-flow aja.

Pesahabatan sejati itu ga afdol kalo ga melewati ujian. Seperti emas, akan muncul kemurniannya setelah dibakar dan ditempa. Persahabatan kami juga mengalami pasang surut. Mengalami berbagai masalah dan gesekkan. Mulai dari miss understanding, tersinggung perkataan pedas, bercanda yang berebihan, marah-marahan dll. Tapi setelah mengalami semua kejadian itu, justru kami makin melihat ‘kilau’ persahabatan kami.

Pernah suatu ketika, Daffa punya sahabat lain dan membentuk Gank Biwir Bahe (B. Sunda: Bibir Tumpah, karena ketuanya berbibir seksi he he he…). Daffa sepertinya asyik dengan dunia barunya, dan lupa dengan persahabatan kami. Gw dan Ronald bener-bener merasa kehilangan dia. Hubungan kami dan Daffa saat itu bener-bener lagi diuji. Komunikasi yang tidak lancar, membuat hubungan kami makin buruk.

Ternyata persahabatan Daffa dengan Gank Biwir Bahe ga berlangsung lama. Dia mulai ga nyaman dengan teman-teman barunya itu. Dia menyadari persahabatan dengan Gank Biwir Bahe adalah cuma persahabatan yang semu. Dia kembali lagi kepada kami dan menyadari kalo kamilah sahabat sejati, yang mau menerima dia apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Seperti lyric lagu sindentosca mengatakan: persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Yup, semua akan indah pada waktunya. Buat Daffa dan Ronald, from the bottom of my heart: Thank’s sudah mau jadi sahabat yang mewarnai hidup gw… I Love U All…

Conclusion:
Terkadang kita terpukau dengan indahnya kilau warna pelangi, tanpa menyadari bahwa pelangi hanyalah bias semu. Karena pemilik cahaya sejati adalah matahari. Jadi bijaklah dalam memilih sahabat.