Selasa, 25 Agustus 2009

Sesal Untuk Evan

Sudah lebih dari 10 tahun yang lalu gw sangat dekat dengan dunia anak muda. Gw sendiri ga ngerti, kenapa kok bisa-bisanya gw bergaul dan akrab dengan orang-orang yang umurnya jauh dari gw. Entah karena gw bisa menyelami dunia mereka, entah karena gw seorang pendengar yang baik atas curhat-curhat mereka, entah karena gw sosok kakak yang bijak, atau mungkin karena gw penggemar daun muda? qi qi qi…

Dari sekian memory diotak gw, malam ini gw jadi teringat salah satu sosok anak muda yang pernah dekat sama gw, sebut saja namanya Evan. Waktu itu umurnya belum genap 17 tahun. Kedekatan gw dan Evan dalam arti hanya sebatas pertemanan, ga lebih. Dia ga pernah tau kl gw gay, dan gw juga ga pernah membahas hal itu dengan dia.

Evan adalah sosok anak yang sederhana, cerdas, tampan, pendiam, sopan dan sensitif. Dia sering cerita sama gw tentang pergumulan hidupnya. Juga tentang perasaannya menjadi orang yang terbuang dan tertolak, karena sejak bayi Evan sudah diadopsi oleh tantenya. Secara materi dia ga kekurangan, tapi hatinya hampa. Evan sangat kesepian, dia merindukan perhatian dan kehangatan keluarga.

Diantara teman-teman sebayanya yang sering berkumpul di rumah gw, dialah anak yang paling pendiam. Kalo teman-temannya asyik bercanda, paling dia hanya tersenyum simpul. Atau malah menyendiri di sudut ruangan.
Karena sikapnya yang terlalu tenang dan datar, terkadang gw jenuh menghadapinya. Bahkan beberapa kali gw menghindari kedatangannya. Mungkin gw bosan dengan keluh-kesahnya yang hanya berkutat di masalah itu-itu saja.

Dia sering bolos dari sekolahnya hanya untuk menemui gw, untuk menumpahkan kesedihannya, atau hanya sekedar meluapkan tangis di dada gw.

Gw sebenernya sayang sama dia, dan menganggapnya sebagai adik. Tapi gw lebih menyukai hubungan pertemanan yang fun, penuh canda tawa. Bukan hubungan yang diliputi kesenduan dan kesedihan.
Dia sering menginap di rumah gw, bahkan bisa berhari-hari. Mungkin itu yang membuat gw mati rasa, dan ga peka lagi akan kehadiran dan kebutuhan dia.

Kadang kalo gw lagi bad mood, gw bersembunyi menghindari kedatangannya.
Singkat cerita, sepeninggal papa angkatnya, keluarga angkatnya mengalami kemunduran secara financial dan jatuh pailit. Hal ini menyebabkan mereka terusir dari tempat tinggalnya. Mereka harus berpindah-pindah dari satu rumah kontrakan yang ke rumah kontrakan yang lainnya. Keadaan ekonomi yang morat-marit, pada akhirnya memaksa keluarganya untuk pindah ke luar kota.

Walau dia sudah pindah ke luar kota, tapi sesekali dia masih datang menemui gw. Makin lama makin jarang, dan pada akhirnya dia ga pernah datang lagi sama sekali. Pada waktu itu, gw ngerasa terbebas dari rongrongan cerita sedihnya, dan dari celotehan tentang beban hidupnya. Anehnya, gw ga merasa kehilangan, dan dalam waktu singkat gw lupa sama dia.

Lima tahun kemudian gw mendapat kabar, kalo Evan mengalami depresi berat. Awalnya dia hanya sering diam dan menyendiri di tempat gelap. Kemudian dia suka mengamuk dan tak terkendali, dengan tindakan-tindakan yang membahayakan. Hal itu menyebabkan dia harus dimasukkan ke salah satu rumah sakit jiwa di Bandung.

Waktu gw menengoknya, dia sudah ga mengenali gw. Gw sendiri hampir-hampir ga mengenalinya lagi. Karena dia sudah sangat berbeda. Badannya kurus dan dipenuhi bekas luka. Sorot matanya kosong seperti ga ada kehidupan. Evan ga pernah menjawab waktu gw tegur, dia hanya asyik dengan dunianya. O my God!! Kenapa ini bisa terjadi?

Seandainya gw selalu ada di sampingnya, seandainya dulu gw peka akan kebutuhan jiwanya, seandainya dulu gw mau mendengar setiap keluh-kesahnya, seandainya dulu gw ga menghindarinya, seandainya waktu bisa diputar kembali dan sejuta seandainya-seandainya yang lain. Gw terpuruk dalam rasa sesal yang dalam, tapi ini ga mengubah keadaan. Evan tetap berkutat dalam depresi beratnya, dan sekarang mendapat stempel sebagai orang “gila”.

Ga terasa, sudah 5 tahun Evan menghuni rumah sakit jiwa, tanpa ada perkembangan yang berarti. Setelah gw amati, rupanya dalam silsilah keluarganya, ada beberapa yang mengalami depresi berat seperti Evan. Mungkin semacam penyakit keturunan. Karena 2 orang pamannya mengalami gangguan mental, 3 saudara sepupunya gila, dan 2 dari saudara kandungnya pun mengalami hal yang sama. Mungkin itulah yang menjadikan mental Evan rapuh dalam menghadapi tekanan hidup. Satu-satunya harapan gw, adalah hanya menunggu keajaiban Tangan Tuhan. Hanya Dia yang sanggup memulihkannya. Mengembalikan Evan kembali seperti yang dulu. Evan yang sederhana, cerdas, tampan, pendiam, sopan dan sensitif…

Conclusions:
Evan, bagaimanapun keadaan diri kamu… semua teman-temanmu masih menyayangi kamu. Kamu berharga dimata Tuhan…

Senin, 17 Agustus 2009

Nasionalisme dan Binanisme

Sejak jaman jebot gw adalah seorang aktivis di sekolah, entah itu paskibra, pramuka, osis, olahraga, kesenian ataupun kegiatan ekskul lainnya. Dari kegiatan-kegiatan itu gw sempet menyumbangkan beberapa piala buat sekolahan gw. Tadi pagi waktu nonton pengibaran Sang Saka Merah Putih di tv, kenangan gw seakan di review lagi. Memasuki 17 Agutus 2009 ini, gw jadi ingat masa-masa gw duduk di bangku sekolah dulu.

Dari tahun ke tahun gw bertransformasi dari sekedar peserta upacara berubah menjadi: anggota aubade, dirigen, pembaca pembukaan UUD ’45, pengibar bendera, sampai menjadi komandan upacara (tentu aja ga pake ngondek-ngondekan lho he he he... ups emang pada dasarnya gw ga ngondek kok wakakakak…). Pokoknya, semuanya sudah pernah gw jalani. Dari sekedar upacara hari senin di sekolah sampai upacara 17 Agusus se-kecamatan yang dihadiri oleh bupati. Gw sangat bangga menjalaninya, bukan karena gw banci tampil lho he he he…

Selain mengikuti upacara, tentu banyak kegiatan yang gw ikuti setiap memasuki 17 Agustus. Entah itu karnaval sepeda hias, gerak jalan, lomba-lomba olah raga sampai lomba-lomba yang diselenggarakan di sekitar rumah gw, kaya:
- lomba makan kerupuk,
- lomba balap karung,
- lomba tarik tambang,
- lomba mengambil coin di jeruk bali yang sudah di lumuri cairan hitam.
- lomba jalan rame-rame pake bakiak
- lomba berjalan sambil membawa kelereng di sendok dengan mulut
- lomba memukul kendi/plastik berisi air dengan mata ditutup
- dll.

Tapi ada satu lomba yang belom pernah gw ikutin sampai sekarang. Yupz panjat pinang!! bukan karena gw ga mau, tapi ibu gw yang ngelarang. Takut celakalah, bisa keinjeklah, tar baju kotorlah dsb, dst, etc… plus petuah-petuah lainnya. Pokoknya kesimpulannya gw DILARANG KERAS IKUT PANJAT PINANG!!! Wuiiihhh sadis ya???…

Tapi setelah sekarang dipikir-pikir bener juga semua pendapat ibunda gw tersayang itu. Coz selain ga ada hubungannya sama rasa nasionalisme, panjat pinang cuma bikin baju jadi kotor dan susah dicuci… trus hadiahnya juga ga seberapa kalo dibandingin sama resikonya. Paling banter yang jadi hadiahnya: makanan ringan, payung, sandal jepit, ember, gayung, sabun cuci, celengan plastik dan barang murahan lainnya he he he… (mungkin gara-gara dana sumbangannya udah disunat panitia kali hi hi hi…).

Sebagai anggota pramuka dan paskibra tentu saja gw pernah mengikuti pembinaan di lapangan. Salah satunya adalah camping, yang tujuannya untuk pembinaan mental dengan survive di alam liar. Sebenernya cukup berat dan sengsara sih, tapi ada momen yang sangat gw tunggu-tunggu kalo gw ikut camping… yupz, acara mandi rame-rame di sungai he he he… disitu gw bisa cuci mata melihat ‘burung-burung’ temen gw yang mulai ditumbuhi bulu-bulu hi hi hi… pokoknya uasyiiiikkkk dech!!! he he he… Bukan hanya temen-temen gw, kakak-kakak pembina plus guru-guru juga ikutan mandi bugil lho… Seru ga tuh?!? ha ha ha… Ah dasar!!! Otak ngeres dan bakat homo gw udah bawaan orok kali ya… ha ha ha…

Trus apa yang terjadi dengan gw menjelang peringatan Hari Kemerdekaan kali ini? Gw dugem wakakakaka… Yup!!! Sabtu kemaren 15 Agustus, adalah dugem terakhir buat para clubbers di Amnesia, Bandung sebelum memasuki bulan puasa. Even bukan clubbers maniac tapi Gw, Ronald, Daffa dan Adriel (pacarnya Daffa) ga mau ketinggalan buat to had good time malam itu he he he....

Sebelum berangkat clubbing, sesuai rencana kami ngumpul di tempat Adriel. Kami dandan poll dengan seragam kaos v-neck, tapi masing-masing beda warna (NB: kaos produk buatan aku sendiri lho he he he… promosi). Daffa merah, Ronald kuning kenari, Adriel Biru baby dan gw orange, plus temen gw Calvin pake warna ijo.

Ga ada maksud apa-apa pake baju seragaman, cuma buat seru-seruan aja. Baju kami yang kembaran lumayan jadi pusat perhatian, dan sempet ada yang komentar “ada gank pelangi tuh!!!” wakakakakaka...
Malam itu Amnesia sangat ramai dan penuh sesak, selain karena closing nite, malam itu juga dalam rangka memperingati HUT Amnesia. Makanya rame banget, apalagi ada special performance Fla Tofu dan Pinkan mambo (yang tampil gila banget he he he…)

Kesimpulannya malam itu kami bener-bener fun, larut dalam euforia hari terakhir clubbing. Daffa, Ronald, dan Adriel jackpot tapi gw mah tetap segar bugar he he he… makanya selama ini gw yang selalu jadi regu penolong temen-temen gw yang mabok he he he…

Ga kerasa waktu sudah beranjak subuh, jam menunjukkan pukul 05.30 WIB. Masih betah and fun sih, cuma gw ga tega melihat Daffa yang sudah tepar ga berdaya, makanya kami memutuskan untuk pulang. Kesimpulannya: malam itu gw fun dan puas, lumayan untuk mengendorkan urat syaraf he he he… Suka clubbing bukan berarti ga punya rasa nasionalisme lho…

Kembali lagi, waktu tadi pagi gw nonton tv, upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta. Rasa nasionalisme gw muncul lagi. Rasa bangga dan haru menggelora di dada gw, waktu mendengar lagu-lagu wajib nasional dinyanyikan oleh paduan suara Gita Bahana Nusantara.

Conclusions:
Binan juga manusia, punya rasa, punya hati. Memang suka fun tapi tetep punya rasa nasionalisme, dan bangga sama negerinya… Merdeka!!!

Sabtu, 15 Agustus 2009

I Hate Wedding Party

Sudah sejak beberapa tahun yang lalu gw enggan, atau tepatnya males datang ke undangan pesta pernikahan. Kalo bukan sodara atau sahabat deket gw yang ngundang, bisa dipastikan gw ga akan datang. Bukan karena benci sama yang ngundang. Bukan pula iri, karena gw ga bisa menggelar pesta yang sama. Tapi banyak hal yang bikin gw ga comfort terjebak dalam hiruk pikuk keramaian sebuah resepsi pernikahan.

Rongrongan orang-orang dengan berondongan pertanyaan-pertanyaan: Kapan kawin…??! Kapan nyusul…??? Pacarnya mana…!!? Lho kok sendirian aja…!!?!? Dan sejuta pertanyaan-pertanyaan lainnya yang bikin kuping gw terbakar dan hati gw mau meledak.
Pertanyaan-pertanyaan itu banyak versinya, ada yang disampaikan:
- dengan lembut penuh empati sebagai bentuk perhatian,
- dengan dingin tanpa ekspresi,
- dengan gurauan garing dan basa basi yang bener-bener sudah basi,
- dengan pertanyaan menyudutkan
- dengan tatapan penuh curiga,
- dengan senyum melecehkan,
- dengan tertawa puas melihat nasib gw
- dan ekspresi-ekspresi lainnya.

Arrrgghhhh!!!! @#*..!!%#@&^..!!! Hati kecil gw pengen berteriak!!! Kenapa ngurusin masalah gw!!!? Kenapa turut campur urusan pribadi gw!?! Apa kalian sudah kekurangan kerjaan…??? Tapi tak ada yang keluar dari mulut gw. Yang keluar dari mulut gw hanyalah senyum (senyuman palsu uhuk uhukk!!!… guk guk guk… he he he…).

Kalo diperhatikan, ternyata orang-orang yang suka mengeluarkan pertanyaan usil itu adalah orang yang sama. Setelah dikerucutkan, gw menemukan satu orang yang paling usil dan menjengkelkan gw. Dia seorang pria berumur 48 tahun, profesinya guru, kadang jadi MC, dia menikah di usia hampir 40 tahun, dan gaya bicaranya kemayu (alias ngondek banget tapi sok berakting macho). Sebut saja namanya Bang Hendrik. Secara selintas dan dari dulu juga gw tahu kalo dia itu banci fuiihhhh!!! Tiap ketemu, pasti pertanyaannya sama: tapi diulang lagi, diulang lagi… lagi, lagi, lagi… gw sampai bosan, eneg, mual, pengen muntah, gatal-gatal, ketombean, bibir pecah-pecah wakakkakakak…. (kok ga nyambung ya? xi xi xi…).

Suatu hari, di sebuah resepsi pernikahan dia beraksi lagi dengan pertanyaan yang sama;
“Eh ada Farreeeeelll…” dengan suara ramah yang dibuat-buat dan tentu saja dengan nada bancinya yang original hi hi hi….
“Iya Bang” jawab gw dingin.
“Kapan dong nyusul…? Kok betah sendirian aja?” dia mulai melontarkan pertanyaan usilnya.
“Saya mah ga laku Bang” gw menjawab acuh tak acuh sambil menikmati zupa-zupa.
“Masa ganteng-ganteng gini ga laku?” sambil nyengir kuda, tambah menyebalkan.
“Kapan atuh, bikin resepsi kaya gini. Biar saya yang jadi MC-nya, tar dikasih harga special lho…”. Sambungnya.

Anjrit… selera makan gw langsung ilang, dada gw sesak seakan ditindih 5 karung beras. Emosi gw meluap, hampir meledak. Tapi gw berusaha tetep tenang.
“Sorry ya Bang. Apa maksud abang tiap ketemu nanyanya itu-itu aja?... apa abang ga ada kerjaan lain, selain ngasih pertanyaan-pertanyaan tolol kaya gitu? apa mulut abang ga bisa berenti ngusilin saya!!?” nada bicara gw dingin, tapi tegas.
“ehmmhh… bu bukan begitu Farreeeel...” dia tergagap, nyali Bang Hendrik keliatan ciut.
“Terus maunya apa!!? Kenapa ga ngurus urusan sendiri aja?!! Apa karena saya tidak menikah berarti hidup saya tidak bahagia!!!? Denger ya, kehidupan abang yang sudah menikah, belum tentu lebih bahagia dari saya!!! Omongan gw semakin tajam tapi kena sasaran.
“Apa karena saya ga nikah, terus dianggap aneh, dan bisa jadiin bahan olok-olokkan!!?? Lanjut gw, nada bicara gw semakin meninggi.
“Maksud saya Cuma ngasih perhatian saja, kok…” dia membela diri.
“Ah sudahlah!!!… saya ga butuh!!, saya bisa menghandle urusan saya sendiri!!!”.
“emmhhh… emmmhh….” Dia hanya bisa menggumam. Karena kaget dengan reaksi gw, sate ayam di piring kecil yang ada di tangannya sampai terjatuh. Sepertinya dia tidak siap menerima serangan balik dari gw he he he… Lagian gw ga akan pake MC segaring loe kale ha ha ha…(kata gw dalam hati).
Gw berlalu dari hadapan dia dengan senyum lebar dan perasaan puas.

Sejak saat itu dia ga pernah usil lagi. Kalo pun berpapasan di sebuah acara resepsi pernikahan, paling dia hanya say hello aja, ga lebih. Atau kalo gw melihat dia dari kejauhan gw sengaja langsung menghindar.

Di lain waktu, gw ketemu Bang Hendrik lagi. Bukan di pesta pernikahan tapi di Bumi Baru II, sebuah Rumah Duka di Jalan Holis, tempat menyemayamkan jenazah. Waktu itu gw datang melayat nenek teman gw yang meninggal.
Waktu berpapasan dengan Bang Hendrik di dekat peti jenazah, gw melontarkan pertanyaan usil:
“Kapan nyusul neh?” gw bicara dengan volume rendah, sambil mata gw melirik peti jenazah.
“Hush!!...” Bang Hendrik kaget menerima pertanyaan gw. Dia pucat, mencoba berusaha tersenyum tapi hambar.
“Kenapa Bang? Belom siap ya!?? bisik gw, sambil dalam hati tertawa puas.

Aduh ternyata si abang ini parno kalo berurusan dengan orang mati ha ha ha… Sekali lagi perasaan gw diliputi rasa puas, karena bisa membalas mulut usil dia he he he…


Conclusions:
Jangan mentang-mentang sudah merasa “normal” karena bisa menikahi perempuan, lantas merasa berhak dengan seenaknya mengobok-obok masalah pribadi orang lain. Banci mah tetep banci aja, bang. Ga bisa disembunyiin, sekalipun loe berlindung di balik lembaga pernikahan he he he…

Kamis, 06 Agustus 2009

Over Confidence Part II

Masih inget sama si Jovan yang mukanya ancur tapi rasa percaya dirinya sangat tinggi? Pagi-pagi banget, akhir Desember 2008 gw terima SMS dari Jovan:
“Doain aku ya, siang ini aku mau pemberkatan nikah di gereja.”
Hmmmhhh… yakin loe? kata gw dalam hati he he he… Tapi bagaimanapun juga ga ada salahnya untuk mencoba hidup “normal”. Beberapa hari kemudian setelah dia menikah gw diperkenalkan dengan istrinya lewat telpon. Dari situ gw tau, ternyata istrinya sudah tau kalo Jovan adalah gay. Cuma dia mau membantu “ kesembuhan” Jovan wakakakakaka….

Bulan Mei kemaren dia balik lagi ke Bandung. Seperti kedatanganya yang pertama dia datang tanpa konfirmasi dulu. Dia baru nelpon gw waktu dia udah ada di Kereta Turangga menuju Bandung. Tujuan dia ke Bandung katanya mau menjajal bisnis sepatu produk Cibaduyut. Weeeekkkksss apa istimewanya? Gw aja orang Bandung males banget pake sepatu Cibaduyut he he he…
Dia bilang selama di Bandung dia akan tinggal di tempat Burhan, temennya. Dan temennya itulah akan mengantar dia kesana-kemari.

Pagi-pagi banget, waktu gw masih di alam mimpi, dia telpon lagi.
Jovan :“Aku udah sampai Stasiun Bandung, tapi bingung mau kemana…”.
Gw :“Bukannya kamu mau dijemput temen kamu?” kata gw males-malesan.
Jovan :“Dia ga bisa jemput, katanya dia mau berangkat kerja”
Gw :“Aduh sorry, aku juga ada urusan neh, jadi ga bisa jemput kamu.”
Jovan :”Gimana dong? Bantuin aku, please…”
Gw :”Beneran, aku ga bisa.” (lebih tepatnya sih males he he he…).
Setelah gw keukeuh ga mau jemput (dengan berbagai alasan he he he…), akhirnya dia cuma minta dikasih tau angkot jurusan ke Cibaduyut doang, dan gw kasih tau.
Kurang dari satu jam dia telpon lagi.
Jovan :” Sekarang aku udah dijemput temennya temen aku, dia yang mau nganter aku ke Cibaduyut.”
Gw :”Syukur dech kalo gitu mah”
Jovan :” Tapi aku minta tolong ya, aku mau numpang mandi di tempat kamu”
Hmmmhhh… akhirnya dengan terpaksa gw mengijinkan dia datang ke rumah gw untuk menumpang mandi. seperti biasanya gw suka ga tegaan.

Dia datang diantar oleh Wendy menggunakan sepeda motornya. Ternyata gw baru tau, kalo yang disebut temennya itu (Burhan temennya Wendy), bukan temen lama Jovan. Tapi dia cuma temen chatting dan sebelumnya belum pernah ketemu. Parah banget nih orang!!!.

Di rumah dia ngoceh hal-hal yang ga penting. Dia cerita tentang kehebatan permainan seksnya, yang baru bisa ejakulasi setelah penetrasi lebih dari 2 jam. Hmmmhhh… Dia bilang Istrinya sampai kewalahan karena dia terlalu kuat dan hyper seks. Dia bilang, dia ga cukup ML 5 kali sehari. Gw ga tau, apakah dia berbohong atau berdusta he he he… Tapi menurut pengalaman gw, biasanya orang yang bermulut besar biasanya kemampuannya ga sebesar bacotnya he he he… Dia juga bilang kalo dia ML sama cowok lagi, setelah 3 hari pernikahannya… busyeett!!!

Gw dan Wendy sampai pusing ngedenger ocehannya…
“Aku bingung nih, tar malam mau nginep dimana…” kata Jovan.
“Kan di tempat Burhan, temen kamu.” sahut gw.
“Kayanya dia ngindar dari aku… dari nadanya dia ga mau ngasih tumpangan” kata Jovan.
“Oooohhh…” gw tersenyum kecut.
“Disini ga bisa ya?” tanyanya.
“Ga bisa euy!!!” jawab gw tegas.
“Kalo di rumah kamu?” Jovan nanya sama Wendy.
“Ga bisa, rumah aku kecil dan banyak orang lagi”. Jawab Wendy.
“Kenapa ga di hotel aja? Kan banyak yang murah-murah”. Gw ngasih saran.
“Aku bawa uangnya pas-pasan, jadi ga ada budget buat penginapan…”
Gila!!! Pergi jauh-jauh dari Surabaya ke Bandung cuma bawa duit buat ongkos doang??? Fuiiihhh…. Ga modal banget!! menyebalkan.

Lalu dia kasak kusuk, nelponin orang Bandung temen-temen chattingnya. Hasilnya? Ga ada satu orang pun yang mau mengijinkan Jovan bermalam di tempatnya…
(kasiaaaan dech loe!!!).

Jovan minjem laptop gw buat berinternet. Dia chatting nyari-nyari orang yang bisa ngasih dia tumpangan selama di Bandung. Tapi tetap semuanya tanpa hasil. Ya iya lah, mana ada orang yang mau ngasih tumpangan sama orang yang belom kenal, apalagi dia buruk rupa wakakakkaka….
“Aku ke Cibaduyut, tapi aku titip tas aku disini ya?” Pinta Jovan.
“Mendingan dibawa aja,… aku mau pergi ada urusan, tar kamu malah susah kalo mau ngambilnya” gw bermuslihat.
“Ya… gimana dong, masa aku nemuin calon rekan bisnis bawa-bawa tas gini? Kan ga elite”. Kata Jovan (yeee itu kan masalah loe he he he…).
“Aduh… Cuma ke Cibaduyut doang kok dibawa ribet sih?” gw mulai kehilangan kesabaran.
“Gini aja, kamu titipin tas kamu di Carrefour Molis aja, trus langsung ke Cibaduyut” sambung gw. (kalo dipikir-pikir gw jahat banget ya? he he he… tapi biarin, biar dia tau rasa!!! wakakakakak).

Akhirnya Jovan dan Wendy pergi dari rumah gw. Thank’s God, akhirnya orang paling menyebalkan (yang pernah gw temui) itu berlalu dari hadapan gw.

Kurang dari satu jam, Jovan lagi-lagi telpon gw.
“Aku ditinggalin di Cibaduyut sama si Wendy… Dia rese banget!!!” kata Jovan. Hmmmhhh… bukannya yang rese dan menyebalkan itu loe? (bisik gw dalam hati). Pantes aja Wendy ga tahan jalan bareng sama loe…
“Ooohhh…” Cuma itu yang keluar dari mulut gw.
“Tadi dia nanya nomor HP kamu, aku kasih tau gpp kan?”
“Gpp” jawab gw singkat.

Jovan bilang kalo dia sekalian pamit mau ke Jakarta (cari tumpangan lagi? Ha ha ha…), dan besoknya mau langsung pulang ke Surabaya.

Seteleh telpon dari Jovan gw tutup. Wendy nelpon. Dia memngeluarkan semua unek-uneknya teantang Jovan. Dia meluapkan kekesalannya dengan mengoceh penuh emosi he he he…
Ow ow ow… Jovan, kapan kamu bisa berubah?

Conclusions:
Over confidence, rese, menyebalkan, besar mulut, plus buruk rupa  adalah perpaduan yang sempurna untuk bikin orang muak dan muntah ha ha ha…