Jumat, 01 Oktober 2010

Love Comes In Mysterious Ways

Awal tahun 2005 lalu, gw pernah chat di sebuah warnet dan ketemu dengan seseorang, sebut saja namanya Arman. Orangnya nice, 23 tahun, tinggi, slim, berkulit sawo matang, bulu mata lentik, dan berbola mata besar. Karena hari udah larut, dan sama-sama merasa ‘cocok’ maka kami ga nunda waktu lagi untuk bertemu. Maksudnya cuma ketemu aja ga lebih. Gw ngajak dia makan di sebuah rumah makan yang buka 24 jam. Setelah makan, gw ga ada ide mau kemana, lagian hari sudah terlalu malam. Terus terang semuanya terjadi begitu saja tanpa direncanakan, jadi gw ga prepare apa-apa. Arman ga nolak waktu gw ajak dia ke tempat gw. Kami hanya bertemu sekali dan cuma menumpahkan semua hasrat itu dalam semalam saja (tapi 3 ronde lho he he he…). Istilah populernya ONS: one night stand, but triple orgasm he he he.... Hari-hari berikutnya kami masih berkirim sms dan telponan.
19 Februari 2005, ada sms masuk di hp gw:
Inbox: “Boleh kenalan ga? aku Mario 21/175/60”
Oubox:”Iya boleh….”

Bla bla bla…
Dan berlanjut dengan sms-sms lainnya. Yang berujung kami bikin janji untuk ketemuan dengan acara berenang bareng.

Besoknya tanggal 20 Februari 2005, akhirnya kami ketemuan ditempat yang dijanjikan. Seperti biasa gw datang lebih awal... Tidak begitu lama kemudian, muncullah seorang remaja tampan memakai jumper biru navy bertulisan ‘UCLA” menghampiri gw.
“Hi, aku Mario!” remaja itu menghampiri gw.
“Farrel!!” jawab gw sambil menjabat tangannya.
“Kak, ngobrolnya jangan disini ya. Takut kelihatan papa aku. Dia lagi service mobilnya di bengkel itu” sahut Mario, sambil menunjuk ke sebuah bengkel di seberang tempat kami ketmuan.
“Ya udah, so kita mau kemana neh? Langsung ke kolam renang aja?” lanjut gw.
“Iya, mumpung belom terlalu sore.” Mario setuju.
Kami pun meluncur ke sebuah kolam renang di daerah setiabudi. Di kolam renang itu gw dan Mario banyak bercerita soal kehidupan masing-masing.
“Kak, jangan marah ya. aku mau berterus-terang” Mario membuka obrolan.
“Kenapa gitu?” Tanya gw penasaran.
“Pertama: umur aku bukan 21 tahun, tapi 18 tahun.” Papar Mario.
“Ooohh... ga masalah, aku malah lebih suka.” Sahut gw sambil senyum.
“Kedua: aku mencuri no hp kakak dari phonebook temen aku, Arman. Waktu dia cerita dan memperlihatkan pic kakak. Dia sendiri ga tahu kalo aku mencatat no hp kakak.” lanjut Mario.
“Iya gpp. Lagian aku sama Arnan kan ga ada hubungan apa-apa.” Jawab gw tulus.

Sejak pertemuan pertama itu, berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Kami merasa cocok satu sama lain, hingga gw dan Mario sepakat untuk menjalin hubungan lebih serius, kami berpacaran.
Gw sering main dan bermalam di rumah Mario, karena di rumahnya dia hanya tinggal sendirian (kedua orangtuanya dan kakak-kakaknya tinggal di luar kota).
Setelah beberapa bulan berhubungan, gw makin mengenal karakter Mario. Dia baik, smart, tulus, childish, sok mandiri, manja, dan cemburuan...
Kadang gw ngerasa rasa cemburu dia terlalu besar. Gw sering bilang sama dia: cemburu memang tandanya cinta, tapi rasa percaya juga ada lah bagian dari cinta.

Mario meminta gw untuk tidak berhubungan lagi dengan temen-temen gay gw , termasuk Arman. Sejak gw dan Mario pacaran, hubungan Mario dengan Arman jadi renggang. Bahkan sahabat gw Daffa juga pernah kena getahnya, suatu hari Daffa sms ke hp gw, dan yang jawab Mario (gw kebetulan lagi di kamar mandi). Mario menjawab sms dengan kalimat seakan-akan gw ga mau berhubungan dan ga mau kenal lagi dengan Daffa. Untunglah Daffa sangat mengenal gw, makanya dia ga percaya sms itu gw yg kirim. Ujung-ujungnya Daffa dan Mario terlibat perang sms. Mario ga percaya kalo Daffa itu memang sahabat gw, dia menyangka kalo semua gay pasti selalu melibatkan unsur sex dalam setiap bentuk hubungannya, even itu persahabatan. Diluar sepengatahuan Mario, gw masih suka berhubungan dengan Daffa via YM, sms, telpon bahkan ketemuan. Daffa sangat mendukung hubungan gw dengan Mario, begitupun juga gw sangat mendukung hubungan Mario dengan pacarnya. Gw dan Daffa sering saling curhat, mengenai kisah asmara kami.

Kalo lagi jalan-jalan bareng di mall, Mario selalu wanti-wanti agar mata gw jangan belanja he he he... Tiap kali ada brondonk berpapasan dengan kami, pasti dia langsung memegang tangan gw, seakan-akan dia ingin menunjukkan kalo gw itu miliknya.

Pernah suatu kali, kasus ‘pegangan tangan’ itu berbuntut panjang. Coz pas mario memegang tangan gw ternyata di mall itu ada 2 pasang mata yang memperhatikan gerak gerik kami. Yupz, mereka yang melihat kami bergandengan tangan itu adalah kakak laki-laki Mario dan pacarnya. Insiden itu berubah menjadi mimpi buruk!!! Mario diinterogasi oleh Mama dan kakak-kakaknya. Dia didesak untuk mengaku tentang orientasi seksualnya. Mario akhirnya mengaku kalo dia seorang gay. Diiringi dengan derai air mata dan tangisan pilu seluruh anggota keluarga, Mario mengungkapkan rahasia terbesar dalam hidupnya. Pengakuan itu melukai hati Keluarganya juga Mario. Namun apa hendak dikata, itulah kenyataan hidup. Sekalipun pahit dan getir, harus bisa dengan lapang dada mereka hadapi. Mario hanya meminta kepada Mama dan kakak-kakaknya agar rahasia dirinya tidak diceritakan kepada Papanya.

Keluarga Mario, adalah keluarga yang mengutamakan pendidikan, kedua orangtua dan kakak-kakaknya semua lulusan S-2 (Papanya malah lulusan S-3). Mereka bisa menerima dan mengerti ‘perbedaan’ yang Mario miliki. Mereka hanya meminta Mario agar jangan kebablasan dan tetap berusaha untuk bisa kembali ke jalan yang ‘benar’.

Sejak kejadian itu, gw ga bisa dengan leluasa ke rumah Mario lagi. Padahal sebelumnya gw bisa kapan aja berkunjung dan bermalam di rumah Mario, bahkan bisa berkomunikasi dengan orangtua dan kakak-kakaknya, kalo kebetulan berpapasan. Gw diblacklist!! Mulai saat itu hanya Mario yang kerap berkunjung ke rumah gw. Mario merasa nyaman dengan sambutan dari keluarga gw.

Pada awalnya pengawasan keluarganya terhadap Mario lebih diperketat. Mario selalu dikontrol keberadaannya via telpon, bahkan hp Mario sering diperiksa secara diam-diam oleh keluarganya, untuk dibaca setiap sms yang masuk maupun keluar. Tapi lama kelamaan akhirnya semua bisa berjalan secara normal kembali. Gw dan Mario secara sembunyi-sembunyi masih tetap bisa berpacaran sekalipun ‘tanpa restu’ dari keluarganya hihihi...

Sejak berhubungan dengan gw, Mario banyak mengalami perubahan. Mario yang awalnya anak rumahan dan manja, berubah menjadi anak yang menyukai petualangan dan menikmati keindahan pemandangan alam. Gw sering mengajak dia untuk menjelajahi keindahan alam. Banyak banget tempat-tempat yang sempat kami jelajahi bedua; gunung, kawah, hutan, perkampungan, perkebunan, sawah, sungai, air terjun, danau, pantai, empang (he he he...), dll sudah kami jelajahi bersama. Mario yang penakut juga berubah menjadi lebih pemberani.

Lebih dari 5 tahun gw dan Mario berpacaran. Banyak peristiwa yang mewarnai hubungan kami. Suka dan duka, tawa dan air mata kami hadapi bersama. Mario sangat mengenal gw, begitupun juga gw sangat mengenal Mario. Kami berdua sama-sama keras kepala, maka tak jarang kami saling beradu argumen. Pertengkaran kecil sampai petengkaran besar, riak kecil sampai badai, bahkan putus sambung juga pernah kami lalui... Sampai akhirnya 7 bulan yang lalu, kami berdua memutuskan untuk hanya berteman saja.

5 tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang terlalu indah untuk dilupakan... Tapi apa mau dikata, keputusan sudah diambil. Kami lebih enjoy dengan status hubungan kami yang sekarang. Tidak ada lagi pertengkaran dan tidak ada lagi cemburu. Jujur, kami masih sering bertemu, bahkan masih sering melakukan ‘kontak fisik’ he he he... entah apa namanya: HTS (hubungan tanpa status)?, TTM (teman tapi ml he he he...)?, atau HUTAPEA (hubungan tanpa perasaan apa-apa)?

Mungkin bagi sebagian orang bentuk hubungan kami ini aneh bin ajaib. Tapi sudahlah, kami ga peduli pendapat orang lain, karena cuma kami berdua yang paling tahu dan paling mengerti apa yang telah, sedang, dan akan kami jalani... Toh kami juga punya kesepakatan kalo hubungan kami akan benar-benar berhenti, disaat salah satu atau masing-masing dari kami telah menemukan pasangan yang lebih tepat.

Conclusions:
Kita baru bisa memiliki cinta yang besar, disaat kita sanggup dan ikhlas melihat orang yang kita cintai lebih berbahagia dengan pilihan hidupnya. Cinta oh cinta... terkadang memang complicated!! huft!!!