Sabtu, 25 Juni 2011

Rasisme Dan Pemikiran Gila Adolf Hitler

Cerita tentang kekejaman Nazi dibawah pimpinan Adolf Hitler, sebenernya udah gw tahu baik melalui film-film seperti film: Life is beautiful (La Vita รจ bella), Valkyrie, The Pianist, Schinder’s List, Hitler The Rise Of Evil dan beberapa buku seperti: The pianist, Kisah Yang terlewatkan Holocaust dan lain-lain. Juga beberapa referensi lainnya yang didapat dari internet.

Adolf Hitler, Sang pemimpin kharismatik

Holocaust adalah Pembunuhan dan pemusnahan secara sistematis warga Yahudi yang berjumlah lebih dari 6 juta jiwa. Peristiwa mengerikan yang berlangsung dari tahun 1933-1945 ini, dilakukan oleh pemerintahan dibawah komando Adolf Hitler.  Diperkirakan 2 dari 3 orang Yahudi di Eropa tewas, karena kerja paksa, kelaparan, kondisi alam, peluru, api, gas beracun, pemukulan, tiang gantungan, dan lain-lain.

Munurut sejarah, orang Yahudi sudah bermigrasi dan menetap di negara-negara Eropa lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Di Jerman sendiri populasi warga Yahudi kurang dari 1% . Mereka hidup, beranak cucu, berbaur, bahkan banyak yang menikah dengan orang Jerman.

Antisemit alias Anti Yahudi sebenarnya bermula pada tahun 70 SM, saat Kaisar Italia Pompeius Agung memaksa Yahudi untuk menyembah dewa-dewa Roma, sampai-sampai remaja menggambar lambang swastika di dinding Sinagoga (rumah ibadah Kaum Yahudi). Kebencian terhadap Yahudi mulai tersebar luas setelah kematian Yesus tahun 33 Masehi. Yahudi tidak percaya pada keyakinan orang Kristen bahwa Yesus adalah Putera Allah. Sekalipun kematian Yesus bukan oleh tangan kaum Yahudi, melainkan oleh Pemerintahan Romawi. Tapi banyak Orang Kristen yang masih percaya dan menganggap bahwa kaum Yahudi-lah bertanggung jawab atas penyaliban Yesus.
Kebencian inilah yang menimbulkan perundang-undangan  diskriminatif terhadap warga Yahudi  di wilayah Kristen Eropa.

Hitler dan Lambang Swastika

Pada tahun 1929 Jerman mengalami krisis moneter yang hebat, sehingga menimbulkan keterpurukan ekonomi yang dahsyat, kemiskinan, pengangguran dan lain-lain. Bulan Januari 1933, setelah didesak terus-menerus oleh anggota kabinet dan anaknya sendiri, Oscar, Presiden Hindenburg yang pikun, mengangkat Adolf Hitler  sebagai Kanselir Jerman. Dia pikir rakyat akan lebih hormat pada pempinan kharismatik ini.
Gayung bersambut, Hitler berjanji akan mengakhiri kelemahan Republik Weimar dan demokrasi di Jerman.

Adolf Hitler berpendapat kelemahan Jerman akibat ketidaksempurnaan dan pembauran ras. Menurut pemikirannya Bangsa Aria adalah Ras unggul, danYahudi adalah ras yang lebih rendah. Karena itu ras Yahudi dianggap dianggap parasit dan membuat Jerman menjadi menjadi bangsa yang lemah.
Maka dicetuskanlah ide pemurnian ras, dimana hanya Ras Bangsa Aria yang hanya boleh hidup dan tinggal di Jerman. Dan pemurnian ras ini berkaitan erat dengan harus dimusnahkannya ras Yahudi. Sebenarnya bukan Kaum Yahudi saja yang dibunuh dan dimusnahkan, orang Gipsy, Sinti, Roma, warga Polandia, dan Uni Soviet juga diperlakukan sama. Selain itu orang komunis, tawanan politik, Saksi Jehova orang-orang cacat, dan Kaum Homosekual juga mengalami kekejaman Nazi (karena dianggap parasit dan manusia gagal). Hanya ras unggul dengan fisik dan jiwa yang sempurna yang boleh tetap hidup di Jerman, untuk menghasilkan keturunan-keturunan yang sempurna.

Orang-orang giring untuk masuk ke kuburannya

Holocaust memakan korban lebih dari 6 juta jiwa kaum Yahudi, tapi bila ditotalkan jumlah keseluruhan korban Holocaust mencapai 9-11 juta jiwa.

Korban holocaust

Ratusan mayat korban kekejaman Nazi

 Pada 10 Mei 1933, Adolf Hitler memerintahkan para pelajar didampingi pasukan untuk melakukan pembakaran buku-buku yang ditulis oleh Orang Yahudi dan buku-buku memuat gagasan yang “bukan Jerman”.  Buku-buku karya Albert Einstein, Sigmund Freud, dan Ernest Hemingway termasuk buku yang harus dimusnahkan. Pelajaran Biologi ditiadakan di sekolah-sekolah.

Hukum Ras Nurenberg 1935 membatalkan kewarganegaraan Jerman keturunan Yahudi. Dan melarang seorang Yahudi menikah atau berhubungan seksual dengan orang Jerman non Yahudi.

Joseph Goebbels, Menteri Pencerahan dan Propaganda

Hukum ini juga mendefinisikan “Yahudi” adalah keturunan 3 atau 4 generasi sebelumnya. Yahudi atau Judaisme tidak dianggap sebagai agama, melainkan Ras. Dengan demikian seseorang tetap dianggap Yahudi, sekalipun dia sudah memeluk agama Kristen. Bahkan Pastor dan Biarawati keturunan Yahudi tetap dianggap sebagai Yahudi. Padahal Yahudi itu Agama, bukan ras ataupun suku bangsa.

Untuk menjalankan misi pemusnahan orang Yahudi ini, dibentuklah kesatuan pembunuh bergerak yang diberi nama Einsatzgruppen. Setiap unitnya terdiri dari 400-500 personel. Mereka ditugaskan melakukan sweeping, menangkap dan membunuh orang-orang Yahudi.

Segala bentuk tempat usaha, rumah, sinagoga (tempat ibadah Agama Yahudi) dan harta benda milik orang Yahudi disita. Kemudian mereka digiring dan dikumpulkan di kamp-kamp konsentrasi, untuk kemudian dibantai.

Setiap orang yahudi diwajibkan memakai tanda bintang daud dibajunya (kancing ataupun lencana), supaya mudah dibedakan.

Lambang Bintang Daud

Orang Yahudi dengan simbol Bintang Daud di dadanya

Awalnya pembunuhan itu dilakukan dengan cara ditembak dan digantung. Namun karena dianggap tidak efektif, maka dibuatlah ruangan besar yang terlihat seperti kamar mandi, tapi sesungguhnya merupakan tempat eksekusi. Dimana, jika para tahanan Yahudi itu sudah berkumpul disitu dan semua pintu ditutup, kemudian dilepaskanlah Gas Zyklon-B lewat lubang-lubang di lantai dan langit-langit. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit, untuk membuat orang-orang di dalam ruangan itu meregang nyawa.

Tembakan eksekusi

Salah satu bentuk penyiksaan

Awalnya mayat para korban holocaust dikuburkan secara masal, namun karena memakan waktu dan tenaga selanjutnya mayat-mayat berikutnya dimusnahkan dengan cara di bakar dalam tungku-tungku krematorium.

Orang Yahudi yang ditahan di ghetto dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam gerbong kereta. 200 orang dijejalkan dalam satu gerbong ternak, yang akan mengangkut mereka. Mereka dipaksa berdiri berhari-hari, tanpa makanan, air, ataupun fasilitas kamar mandi. Banyak dari mereka yang fisiknya lemah, tewas sebelum sampai di kamp konsentrasi.

Kamp Konsentrasi Dachu

Setibanya di Kamp, pria dan wanita dipisahkan barisannya. Sebagian besar anak-anak, manula, dan orang-orang yang dianggap lemah langsung dibawa ke kamar gas untuk dieksekusi (mereka dianggap tidak ada gunanya untuk hidup). Ibu-ibu yang tidak mau menyerahkan anaknya, dipaksa turut masuk ke dalam kamar gas juga.

Anak-anak tak berdosa turut jadi korban

Para korban itu diperintahkan untuk membersihkan diri di ‘kamar mandi’ (padahal kamar gas). Setelah semua tewas, mayat-mayatnya dipindahkan dan dibakar di dalam tungku-tungku krematorium. Demikianlah mereka secara bergiliran memasuki kamar mandi jadi-jadian itu sebagai tempat mereka mati. Sebelum dikremasi barang-barang berharga dari mayat-mayat itu dilucuti, termasuk pakaian, perhiasan, kacamata dan gigi emas korban eksekusi itu.

Tumpukan mayat korban kekejaman Nazi

Tungku krematorium tempat membakar mayat

Mereka yang dirasa cukup kuat digiring dan di tempatkan di gedung-gedung lain untuk kemudian dijadikan sebagai pekerja paksa. Identitas mereka dirampas, kepala mereka digunduli,  lalu dipaksa memakai seragam tahanan dengan nomor yang dijahitkan atau tatoo-kan di lengan (tatoo hanya dibuat di kamp-kamp Auschwitz).

Barak-barak tempat mereka tinggal, sebagian besar tidak ada toiletnya. Untuk kebutuhan buang hajat, hanya disediakan sebaris ember tanpa privacy. Tempat tidur mereka pun hanya berupa dipan bertingkat 4 (lebih pantas disebut rak), berderet-deret, dengan jarak tiap tingkatnya sangat pendek. Tiap dipan itu dihuni 3-4 orang tahanan yang tidur berdesak-desakkan untuk berbagi tempat.

Dipan berusun tempat  istirahat orang Yahudi di kamp konsentrasi

Dipan bersusun yag lebih menyerupai rak

Sop encer dari sayuran busuk, sepotong roti kecil dan secangkir kecil kopi adalah menu santapan harian yang disediakan buat mereka. Banyak tahanan yang tewas akibat dehidrasi (akibat diare) dan gizi buruk.

Kekejaman Nazi terhadap orang-orang Yahudi tidak cuma sampai disitu. Selama kurun waktu tahun 1943-1945, para dokter Nazi diperintahkan untuk melakukan program percobaan medis untuk mengembangkan Ras Aria Murni, dengan mengabaikan tanggung jawab moral, rasa kemanusiaan dan etika kedokteran. Dokter Josef Mengele si sadis yang terkenal dengan julukan “Malaikat kematian”, adalah dokter ‘gila’ yang sangat berdarah dingin. Banyak anak-anak yang jadi korban percobaannya. Sebagai bagian dari penelitian rasnya, dia tak segan-segan menyuntikan zat pewarna untuk mengubah warna mata anak-anak itu. Akibatnya mata anak-anak itu menjadi buta, bahkan banyak yang tewas diantaranya. Pasangan anak-anak kembar ditransfusi dengan golongan darah berbeda, tentu saja mengakibatkan sakit kepala hebat dan demam tinggi. Anak-anak lain menjalani pembedahan organ reproduksi, amputasi, dan prosedur bedah menyakitkan dan mengerikan lainnya, tanpa pembiusan sama sekali. Semua hanya demi sebuah penelitian, dan pengembangan teori seleksi ras unggul.

Anak-anak korban percobaan medis dr. Josef Mengele

dr Josef Mengele, Sang Malaikat Kematian



Pembantaian itu tidak hanya terjadi di Jerman, tapi bahkan sampai ke Polandia. Kendaraan gas bergerak digunakan untuk membunuh populasi orang Yahudi dan Gipsy di Warsawa, Krakow, Lublin, Radom, dan Lvov.

Pada 27 Januari 1945, pasukan Soviet akhirnya berhasil membebaskan kamp Auschwitz-Birkenau. Pasukan Nazi yang kalah, terpaksa mundur.

Melihat betapa kurusnya orang-orang yang ada di dalam kamp konsentrasi itu. Para pembebas segera memberikan makanan kepada  para tahanan yang kelaparan itu. Tapi sayangnya banyak dari tahanan itu malah tewas tidak lama kemudian, karena makanan yang mereka makan terlalu mewah untuk sistem pencernaan mereka yang lemah.

Tahanan di Kamp Buchenwald saat ditemukan pasukan sekutu

Btw,  ada gosip mengatakan bahwa Hitler dan istrinya Eva Baun, menikmati hari tuanya dan meninggal di Indonesia. Dia  menyamar sebagai dr. Poch. Beberapa bulan lalu Harian Pikiran Rakyat juga mengulas tentang kisah dr Poch ini.

Satu hal yang gw garis bawahi dari tragedi kemanusiaan itu. Semua itu terjadi karena ras yang satu menganggap rendah ras yang lain. Jujur gw benci rasisme. Gw melihat betapa masih banyak di lingkungan kita yang menganggap rendah seseorang karena dia keturunan suku bangsa tertentu. Bahkan sesama orang Indonesia.
Padahal kita tidak bisa memilih atau meminta dilahirkan sebagai ras tertentu, semua semata-mata hanyalah takdir. Jadi kalo kita masih rasis juga, artinya kita menyalahkan Sang Pemberi Takdir.

Selain kaum Yahudi ada kelompok-kelopmpok lain yang mengalami pembantaian mengerikan itu. Salah satunya adalah kaum gay. Adolf Hitler menganggap kaum Homoseksual sebagai penyakit dan makhluk gagal yang harus dimusnahkan. Kalo sekarang Hitler masih hidup, ingin rasanya menyuruh dia membuka mata lebar-lebar: “Hey Bapak berkumis irit!! Coba loe liat betapa banyaknya kaum homoseksual yang merupakan: ilmuan genius, seniman hebat, dokter yang cerdas, pengusaha sukses, atlet handal, dan lain-lainnya!!!.”

Kalo ukuran kesempurnaan itu adalah bentuk tubuh, banyak gay yang memiliki tubuh yang jauh lebih indah/ideal dari orang ‘normal’. Kalo kepintaran yang jadi ukuran kesempurnaan, tentu saja kaum gay juga banyak yang lebih cerdas dari orang biasa.

Ngomongin soal sejarah tentu saja ga bisa lari dari saksi dan fakta. Terlepas dari itu, sampai sekarang masih ada yang menganggap holocaust itu  sebagai bualan besar, dan merupakan propaganda Yahudi. Entahlah!!

Tapi satu hal yang perlu diingat: di mata Tuhan semua manusia adalah sama, jadi manusia yang satu tidak punya hak untuk menginjak-injak hak manusia lainnya. Hanya Yang Maha Adil yang berhak menghakimi.

Conclusions:
Jika semua orang benar-benar menyadari bahwa segala ciptaan Tuhan itu indah dan sempurna adanya, dan percaya semua yang terjadi semata-mata karena takdirNya. Maka tidak akan terjadi lagi: seseorang menganggap dirinya lebih hebat dan yang lainnya lebih rendah.