Senin, 13 Februari 2012

Kupu-Kupu Di Taman Kupu-Kupu Cihanjuang


Waktu hampir menunjukkan pukul 15:00, waktu gw berangkat dari rumah. Jumat tanggal 27 Januari 2012, entah karena lagi ada waktu luang atau lagi kesambet setan piknik, gw tiba-tiba pengen pergi ke Taman Kupu-Kupu di daerah Cihanjuang. Jadi tanpa persiapan khusus, dengan cepat gw langsung meluncur menuju TKP dengan sepeda motor gw. Suhu udara di Bandung akhir-akhir ini memang berasa lebih panas dari biasanya, tapi ga menghalangi tekad gw untuk sedikit melenyapkan kepenatan dengan mengabadikan keindahan kupu-kupu lewat kamera.

Sejak dulu gw memang selalu suka dan mengagumi keindahan serangga yang bernama kupu-kupu. Makhluk yang bermetamorfosis, mengubah diri dari telur menjadi ulat, kemudian menjadi kepompong, dan dari kepompong keluarlah makhluk cantik bersayap indah yang bernama kupu-kupu. Banyak orang merasa geli, jijik, bahkan parno dengan ulat, tapi gw yakin sedikit sekali orang yang membenci kupu-kupu.




Dari sekian ribu koleksi perangko gw, banyak diantaranya yang berthema kupu-kupu. Sudah gw rencanakan mau mengumpulkan perangko-perangko bergambar kupu-kupu dalam satu album khusus (tapi belum kesampaian he he he…).
Gw juga pernah membuat intsectarium, mengeringkan kupu-kupu dan menyimpannya dalam beberapa pigura.

Seorang Melly Goeslaw saja sampai membuat dua lagu berthema tentang kupu, yaitu; lagu ‘Kupu-kupu’ dan  lagu berjudul ‘Butterfly’ yang dinyanyikan berduet dengan Andika Pratama. Bahkan lebih jauh sebelumnya Ibu Sud menciptakan lagu anak-anak yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita yang berjudul ‘Kupu-Kupu Yang Lucu’. Tapi lagu Titiek Puspa yang berjudul ‘Kupu-Kupu Malam’ sih bermakna lain he he he…
Begitulah keindahan sayap-sayap kupu-kupu, seringkali menginspirasi para seniman dalam membuat karya seni.

 Lanjut ke cerita perjalanan gw. Dengan menyusuri Jl. Cihanjuang, tidak jauh setelah melewati Café All About Strawberry, Tibalah gw di Taman Kupu-Kupu yang terletak di Jalan Raya Cihanjuang Km 3,3 No 58, Cibaligo, Bandung Barat.

Tempat parkirnya lumayan luas, dengan batu-batu kali sebagai hamparannya. Setelah gw parkir motor, gw memasukin area Café yang bernuansa Bali. Tapi sore itu kok nampak lengang, bahkan para pegaiwainya pun tak nampak. Hanya ada beberapa pengunjung yang berjalan-jalan di sekitar taman dan café. Kedatangan gw langsung disambut oleh satpam yang memberitahukan kalo hari itu kru Taman Kupu-Kupu lagi pada meeting, jadi sore itu Taman Kupu-Kupu tutup lebih awal. Setelah mengitari area belakang, gw memutuskan untuk pulang saja. Tapi saat gw mau menuju tempat parkir, satpam tadi memanggil gw dan berkata: “Kalo mau masuk ke Taman Kupu-Kupu mah, lewat belakang aja. Nanti kasih aja uang rokok buat penjaganya”. Gw setuju, pak satpam kemudian  memanggil penjaga Taman Kupu-Kupu itu, yang kemudian mempersilakan gw masuk ke area Taman Kupu-Kupu. Sebuah taman khusus dengan aneka tanaman bunga, yang di sekelilingnya diselubungi oleh jaring-jaring agar penghuninya tidak pada kabur.




Gw masuk hanya sendirian, sementara dari luar sana pengunjung-pengunjung lain hanya keheranan melihat gw bisa masuk ke Taman Kupu-Kupu he he he… Gw pun langsung jeprat-jepret mengejar kupu-kupu dengan intaian kamera gw. Tidak mudah memang mendapatkan hasil foto yang bagus, apa lagi objeknya ga bisa diem; menclok sana, menclok sini, terus terbang entah kemana. Pokoknya butuh kesabaran ekstra dech. Selain itu gw juga kudu berjuang menghindari gigitan nyamuk yang buas-buas di kaki gw yang saat itu cuma pake celana pendek. Nyamuk-nyamuknya nampak kelaparan,. Mereka gesit-gesit banget, tiap nempel langsung menggigit. Betis gw sampai bentol-bentol. Bener-bener mengganggu konsentrasi gw. Selain menghindari gigitan nyamuk, gw juga harus menggaruk-garuk kaki gw yang gatalnya minta ampun, gara-gara bekas gigitan mahluk jahanam itu he he he…. Bisa kebayang kan gimana kerepotan gw? he he he…

 

 


Didalam Taman Kupu-Kupu, seluas 1,7 Ha ini terdapat 35 jenis kupu-kupu khas Indonesia (Indonesia memiliki sekitar 10.000 jenis kupu-kupu). Sayangnya waktu gw datang hanya ada beberapa jenis aja yang nampak berkeliaran. O ya di sana, kepompong-kepompong dipisahkan di ruangan khusus sampai mereka berubah menjadi kupu-kupu. Mungkin maksudnya agar tidak terganggu olah tangan-tangan jahil pengunjung. Aneka kumbang juga ada dan ditempatkan dalam kotak-kotak kaca.

Idea blachardi alias si kupu-kupu kertas, asal Sulawesi Selatan 1
Idea blachardi alias si kupu-kupu kertas, asal Sulawesi Selatan 2
Idea blachardi alias si kupu-kupu kertas, asal Sulawesi Selatan 3
Bagi orang awam, kupu-kupu hanyalah makhluk cantik yang tidak berbahaya. Padahal jangan salah, ada juga lho jenis kupu-kupu yang sayapnya beracun. Dan salah satu kupu-kupu beracun itu adalah Papilio peranthus insulicola menjadi salah satu koleksi di Taman Kupu-Kupu ini.
Banyak diantara kita yang tidak bisa membedakan antara kupu-kupu dengan ngengat. Contohnya; Kupu-kupu rama-rama yang besar itu, bukanlah kupu-kupu, melainkan ngengat.

Kupu-Kupu Beracun, Papilio peranthus insulicola
Kupu-kupu dengan sayap sudah compang-camping
Berhubung sudah sore dan tidak tahan dengan serangan nyamuk-nyamuk buas, gw memutuskan untuk pulang. Tak lupa memberikan uang rokok  seperti yang gw janjikan kepada petugas Taman Kupu-Kupu. Ini untuk kali ke-2 gw mengunjungi Taman Kupu-Kupu Cuhanjuang. Tapi tak ada rasa bosan, gw pasti kembali lagi. Tentu saja lain kali gw datang memakai celana panjang dan dengan membawa lotion anti nyamuk he he he…

Conclusion:
Seringkali banyak hal yang terlewatkan untuk kita syukuri dalam hidup. Keindahan lukisan alami di sayap kupu-kupu, tidak dapat tertandingi oleh karya maestro seniman mana pun. Padahal kupu-kupu hanyalah sebagian kecil dari Maha Karya Sang Pencipta.


Jumat, 03 Februari 2012

Kebun Binatang Bandung, Riwayatmu Kini


Ini lanjutan dari perjalanan gw ke Car Free Day Dago, tanggal 29 Januari 2012 kemaren… Selagi gw menyusuri Jl. Ganeca menuju tempat parkir motor. Terbersit dalam benak gw, kenapa ga lanjut ke Kebun Binatang aja ya? coz tempatnya cukup dekat, dari parkiran tinggal lurus dikit sampe dech di Kebun Binatang  di Jl. Taman Sari, Bandung.

Gerbang Kebun Binatang Bandung
Tidak ada antrian panjang waktu gw beli tiket masuk, seharga Rp 20.000,- itu. Mungkin karena masih agak pagi. Waktu itu jam di HP gw baru menunjukkan pukul 09:30 WIB. Gw melalui gerbang pemeriksaan tiket, lalu masuk ke area Kebun Binatang. Udara segar langsung menyeruak. Kedatangan gw seolah-olah disambut oleh semilir angin sejuk dan suara gemerisik dedaunan dari pohon-pohon yang tinggi dan rimbun.

Pemandangan waktu memasuki Kebun Binatang Bandung
Salah satu sudut Kebun Binatang Bandung
Atmosfir itu seakan membawa gw kepada kenangan masa kecil. Saat piknik (aduh bahasanya jadul banget ya? wkwkwk…) atau bertamasya bareng keluarga. Papa, Mama, kakak-kakak dan adik gw. Setelah sekian puluh tahun, Kebun Binatang Bandung memang ga berubah banyak kok. Makanya suasananya bikin nostalgia ke masa kecil gw sangat berasa.

Biasanya kalo pergi ke Kebun Binatang, Mama selalu menyiapkan perbekalan; entah itu nasi timbel lengkap dengan lauk pauknya (ayam goreng, tahu, tempe, sambal dan lalapan), atau hanya sekedar bawa lontong isi daging atau oncom dilengkapi dengan rempeyek kacang. Semuanya buatan Mama sendiri. Bawa bekal dari rumah selain lebih sehat, juga lebih hemat dan mengenyangkan, begitulah kata Mama he he he… dasar ya ibu-ibu mah selalu pake prinsip ekonomi wkwkwk… Tak lupa kami selalu bawa tikar dari rumah. Padahal mah disana juga banyak yang menyewakan tikar, tapi mama bilang: "sewanya mahal" he he he…

Jalan-jalan sambil menikmati udara segar
Salah satu sudut Kebun Binatang Bandung
Area favorit makan bareng dengan menggelar tikar
Kebun Binatang Bandung yang katanya didirikan pada tahun 1930 itu, nampak lumayan masih terjaga soal kebesihannya. Tapi sayang koleksi hewannya tidak selengkap dulu. Contohnya Jerapah sudah tidak ada lagi karena mati. Konon jerapah itu tewas gara-gara banyak kantung plastik di dalam perutnya yang tidak dapat dicerna, kabarnya sih kantong plastik itu beratnya 6 KG lho. Makanya kalo ke Kebun Binatang, usahakan buang sampah pada tempatnya, kalo tidak nanti bisa terbawa angin dan masuk ke kandang dan ada kemungkinan dimakan oleh hewan-hewan itu. Sebaiknya kita juga jangan memberi makanan pada hewan-hewan itu coz bisa saja makanan yang kita berikan bisa membahayakan mereka. Gw juga lihat babirusanya udah tampak tua dan kurus banget.

Penempatan beberapa kandang hewan sekarang sudah ada yang sedikit berubah. Tapi kandang gajah, beruang, orang utan, dan beberapa hewan lain masih tetap sama. Begitu juga danau buatan yang ditengah-tengahnya ada pulau rimbun yang dihuni oleh beberapa ekor Owa Jawa, masih tetap sama. Di danau itu kita bisa berperahu atau naik sepeda air berbentuk angsa berwarna-warni.

Berperahu dan naik sepeda air mengelilingi danau buatan
Area kandang reptil
Area kandang binatang buas
Memotret hewan yang tidak memakai kerangkeng jauh lebih menarik, karena hasilnya bisa lebih natural. Makanya gw agak males motret hewan yang ditempatkan di dalam kurungan besi. Terutama burung-burungan, padahal gw suka banget segala jenis ‘burung’ (lho?)  he he he…. O ya, binatang buas seperti harimau, singa, dan macan tutul sekarang bagian bawah kandangnya menggunakan fiberglass. Jadi kerangkengnya tidak mengganggu pemandangan waktu dipotret. Sedikit buram sih tapi lebih baik lah.

Owa Jawa
Rusa Jawa
Orangutan
Burung Kasuari
Buaya Muara
Komodo
Beruang Grizzly
Singa
Banteng
Beruang Madu
Burung Nuri
Babirusa
Untuk mengisi perut, di dalam Kebun Binatang Bandung, sekarang ada restoran ayam goreng siap saji (saingan ayam goreng si kakek tua). Selain itu ada juga area foodcourt  yang menjual aneka makanan.

Area yang lumayan luas dan kontur tanahnya yang naik turun, dengan pepohonan yang rimbun membuat kita yang jalan-jalan sedikit ngos-ngosan he he he… Tapi tetap seru kok. Sambil jalan-jalan, menikmati udara segar, melihat koleksi hewan, tanpa disadari sambil berolahraga pula.

Ada juga area kandang hewan yang mengeluarkan bau tidak enak, yang merusak kesegaran udara disana. Seperti kandang kalong, kambing, dan burung-burung buas. Tapi ga apa-apalah tinggal tutup hidung aja kalo lewat ke area itu he he he…

Di Kebun Binatang Bandung juga tersedia hewan tunggangan seperti gajah dan unta. Kalo mau naik kuda sih banyak tersedia di sepanjang Jl. Ganeca.

Delman di Jl. Ganeca
Buat yang membawa anak-anak, tersedia area bermain. Didalamnya terdapat ayunan, perosotan, jungkit-jungkitan, komidi putar mini, dan lain-lain. Semuanya tersedia gratis.

Ada beberapa toilet yang tersedia di area Kebun Binatang Bandung. Tapi ada satu toilet, yang menurut gw unik. Yaitu toilet yang letaknya tidak jauh dari gerbang masuk. Disana toiletnya cukup bersih, tapi tiap orang yang masuk kok melepas sandal dan sepatu ya? Gw sih sebelumnya melenggang masuk dengan alas kaki gw, dan gw baru nyadar setelah keluar dari toilet itu he he he… O ya toilet itu bukan toilet mushola lho, makanya gw agak heran.

Satu lagi yang unik dari Kebun Binatang Bandung. Disana ada seorang pengemis perempuan tua yang tidak punya kaki sama sekali. Seingat gw, waktu kecil pengemis itu selalu tampak disana. Bahkan menurut Mama gw, sewaktu dia masih gadis,  pengemis tanpa kaki itu pun sudah eksis di Kebun Binatang Bandung. Sungguh sosok yang setia dengan profesinya he he he…

Pengemis tanpa kaki
Waktu gw kesana, di panggung lagi ada pertunjukkan pencak silat anak-anak. Mulai dari TK hingga SMP. Seru dan lucu juga melihat gerakan-gerakan mereka yang diiringi alunan kendang, terompet, dan gong sebagai penyemangat dan pengatur ritmik. Tapi menjelang puncak acara hujan turun cukup deras, sehingga para penontonnya bubar he he he... 

Atraksi pencak silat
Makin siang, pengunjung Kebun Binatang makin penuh. Memang didominasi oleh orangtua yang membawa anak-anaknya. Tapi tak sedikit juga pasangan muda-mudi yang turut mengunjungi Kebun Binatang Bandung. Waktu gw keluar dari area Kebun Binatang, nampak banyak mobil pengunjung terparkir disepanjang Jl. Taman Sari. Kebun Binatang Bandung memang ramainya cuma di hari Minggu. Kalo hari-hari biasa, pengunjungnya hanya sedikit.

Bonbin, maskot Kebun Binatang Bandung
Di seberang sungai tampak bangunan Cihampelas Walk
Lalulintas padat merayap di Jl. Tamansari
Deretan mobil terparkir di sepanjang Jl. Tamansari
Bagi sebagian orang, main ke Kebun Binatang mungkin dianggap kampungan, bikin malu atau kekanak-kanakan. Tapi gw mah cuex aja, ga pake gengsi-gengsian… Setidaknya disana gw bisa sedikit bernostalgia menikmati potongan sejarah masa kecil gw. So, siapa lagi yang mau mengikuti jejak gw bernostagia di Kebun Binatang? he he he…


Conclusion:
Kebun Binatang Bandung, mungkin tempat wisata yang sudah tidak sepopuler dulu. Karena tergerus oleh kehadiran mall-mall dan tempat-tempat wisata baru. Tapi masih sangat representatif sebagai sarana anak-anak untuk belajar mencintai lingkungan hidup, sambil menikmati kesegaran udaranya.