Senin, 17 September 2012

Curug Malela, Sepotong Keindahan Surga Yang Tersembunyi



Curug berasal dari Bahasa Sunda yang berarti air terjun. Gw selalu suka dengan objek wisata alam yang menonjolkan keindahan air. Seperti pantai, danau, sungai, air terjun dan lain-lain. Sudah beberapa air terjun yang pernah gw kunjungi di kawasan Bandung dan sekitarnya, seperti; Curug Cimahi, Curug Panganten, Curug di Gunung Puntang, Curug Omas di Maribaya, Curug Dago, Curug Cinulang, Curug Ciceret di Pangalengan, dan lain-lain. Untuk yang di luar kawasan Jawa Barat, gw pernah mengunjungi objek wisata air terjun Coban Rondo di Malang.

Air terjun membuat gw tertarik karena gw suka dengan suara gemuruhnya, titik-titik air sejuk yang beterbangan, pelangi yang terpancar dan over all gw suka banget dengan panorama alamnya.

Curug Malela diantara rimbunnya pepohonan
 Sudah lebih dari setahun yang lalu gw berencana mengunjungi Curug Malela. Tapi entah kenapa, seringkali rencana tinggal rencana. Yang terjadi adalah cancel dan pending melulu. Bahkan beberapa kali kejadian pembatalannya dilakukan last minute menjelang keberangkatan... Berbagai alasan pembatalan, tapi yang paling sering dikemukakan adalah ketidakyakinan dengan medan yang akan ditempuh (jalanan yang rusak berat plus tidak adanya penunjuk jalan). Gw ga patah arang, gw yakin suatu saat nanti gw pasti bisa mengunjungi Curug Malela.

Akhir Agustus kemaren, gw akhirnya bisa mewujudkan keinginan itu. Dengan perencanaan seadanya dan dalam waktu semalam gw bisa mengontak 10 teman lainnya untuk bergabung touring ke Curug Malela keesokan harinya. Jadilah kami bersebelas orang berangkat Curug Malela, dengan mengendarai 6 sepeda motor.

Kami janjian berkumpul di depan Borma, Komlpek Taman Kopo Indah III, Bandung. Acara kumpul ga memakan waktu lama, coz kami termasuk orang-orang yang on time. Dan tepat pukul 08:00 WIB, kami memulai perjalanan petualangan itu. Bersebelas kami menuju Curug Malela, yang terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.

Perjalanan pun dimulai dengan menelusuri jalan perkampungan yang sempit. Tak ada jalan raya yang kami lewati. Hanya jalanan selebar 3-4 meter yang kami lalui dari awal keberangkatan sampai tiba di tujuan. Untunglah sekarang ini sudah banyak rambu-rambu yang menunjukkan arah ke Curug Malela. Penunjuk arah itu sudah mulai kita temui bahkan sejak dari daerah Batujajar. Rute yang gw lalui kemaren adalah; Jalan Terusan Nanjung – Batujajar - Kota Kecamatan Cihampelas - Cililin- Sindang Kerta - Gunung Halu- Bunijaya – Kampung Manglid.

Salah satu panorama alam yang terlihat di perjalanan
Berhenti sesaat di pinggir jalanan yang lengang
Perjalanan panjang dan lumayan melelahkan. Memakan waktu 4 jam perjalanan naik sepeda motor, lumayan bikin pantat berasa panas jadi tepos he he he... hingga kami harus berhenti di beberapa titik untuk beristirahat. Awalnya jalanan aspal yang cukup bagus yang kami lalui, namun makin lama makin jelas perbedaannya. Jalan aspal yang rusak, jalan tanah, bahkan jalan berbatu-batu dan terjal tanpa lapisan aspal sama sekali. Boleh dibilang jalanan yang kami lalui itu adalah jalan terburuk yang pernah gw lihat seumur hidup.

Makin dekat kawasan Curug Malela semakin buruk medan yang harus kami tempuh. Kami ga bisa pilih-pilih jalan lagi yang akan kami lalui coz semuanya hancur sehancur-hancurnya he he he... Jalan dengan bebatuan yang besar-besar, dan di sisinya terdapat jurang yang curam harus kami lalui. Kami harus ekstra hati-hati, karena selain jalanan yang terjal, kontur tanahnya juga naik turun plus tikungan-tikungan yang tajam.

Karena jalanan yang buruk itu, keindahan  perkebunan teh Montaya pun sedikit kurang bisa dinikmati karena kami lebih berkonsentrai kepada jalan yang kami lalui. Beberapa kilometer  mendekati kawasan Curug Malela, jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, karena jalannya makin mengecil. Trus yang terlhat hanyalah semacam jalan setapak di kanan kiri (bekas roda sepeda motor), sementara di bagian tengahnya berupa gundukan bebatuan. Bebatuan di antara 2 jalan setapak itu tingginya mungkin sekitar 60-100 Cm dari jalan setapak itu. Jadi orang-orang yang melintas di jalan setapak itu, berasa berkendaraan di dalam gang he he he....

O ya, sesuai dengan panduan yang gw dapat dari berbagai sumber. Di daerah Bunijaya (Alfamart terakhir) gw dan kawan-kawan mengisi bensin di pedagang bensin eceran. Bensin yang dibanderol Rp 5.000,-, berasa murah banget mengingat tempatnya yang jauh sekali dari pom bensin. Gw hanya mengisi 1 liter saja coz sebelum berangkat gw mengisi full tank sepeda motor gw. Sepeda motor gw sekalipun tua, tapi sangat irit. Gw yakin tanpa mengisi bensin di Bunijaya pun motor gw ga akan kehabisan bensin. Coz pas pulang isinya masih cukup banyak.

Medan yang berat membuat beberapa sepeda motor teman-teman gw mengalami kendala. Ada satu motor yang paling baru milik teman gw (baru 4 bulan beli). Mesinnya kejeduk batu, distarter sempet ga mau hidup-hidup. Untunglah kejadiannya ga berlangsung lama dan perjalanan pun bisa dilanjutkan kembali. Waktu pulang, satu motor teman gw yang lain  mengalami masalah lagi, yaitu roda depannya berasa longgar. Jadi dia ga berani memicu sepeda motornya dengan cepat. Syukurnya sepeda motor gw yang udah lumayan tua ini ga mengalami kendala apapun.

Untuk memasuki Curug Malela para pengunjung hanya dipungut Rp 2.000,-/sepeda motor sebagai tiket masuk. Dan Rp 2.000,- lagi untuk parkir. Murah banget ya? he he he...

Setelah memarkirkan sepeda motor, kami mulai berjalan melalui anak-anak tangga yang menurun. Dari anak tangga pertama pun keindahan Curug Malela sudah terlihat. Tapi jangan salah, perjalanan masih butuh perjuangan karena jalannya cukup curam dan menguras tenaga. Anak tangga yang terus menurun harus kami lalui hingga ke lokasi. Anak tangga terbuat dari semen itu ga sampai ke lokasi, coz  2/3 perjalanan berikutnya hanya berupa jalan setapak. Beberapa orang ada yang  ga bisa mengontrol langkah kakinya karena jalan yang menurun tajam itu. Perjalanan menurunnya aja sih ga begitu berasa berat, tapi pulangnya baru nyaho. Nafas dibikin ngos-ngosan, lutut gempor, mata berkunang-kunang (lebay), perut keroncongan wkwkwk...  Buat yang kurang fit, sangat tidak disarankan menempuh perjalanan ini. Berhati-hati melangkah adalah sebuah keharusan. Jangan sampai terpeleset ataupun terjatuh. Disana gw melihat ada sorang ibu yang menjerit-jerit kesakitan waktu kakinya yang terkilir lagi diurut.

Curug Malela terlihat diantara tanaman padi

View Curug Malela yang terlihat dari anak tangga paling atas

Menikmati indahnya pemandangan Curug Malela

Kelelahan sepanjang perjalanan 4 jam naik motor plus 30 menit jalan kaki, terbayar dengan keindahan Curug Malela, Maha Karya Sang Pencipta. Sebelum menjelajahi keindahan Curug Malela, kami makan siang dulu dengan bekal yang kami bawa masing-masing.

Curug Malela adalah air terjun terbesar yang pernah gw lihat. Terdiri dari beberapa aliran air terjun yang berundak-undak. Keindahan Curug Malela membuat Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf menjulukinya sebagai Niagara mini. Gw ga puas hanya dengan menikmati keindahan Curug Malela dari bagian bawahnya saja. Gw mencoba memanjat dinding batu dan menikmati keindahannya dari atas air terjun dan dari beberapa spot yang berbeda. Sensasinya luar biasa!!! Ssssttt... pas gw di atas air terjun ada beberapa brondonk yang lagi teriak-teriak dan ketawa-ketawa, tapi ngomongnya kok pada  ngondek-ngondek  ya?...  binan oh binan... selalu ada, kapan dan dimanapun wkwkwk...

Salah satu View Curug Malela 1

Salah satu View Curug Malela2

Salah satu View Curug Malela 3

Salah satu View Curug Malela4
Beberapa orang penduduk mengatakann kalo kawasan Curug Malela merupakan daerah yang masih cukup angker, jadi harus menjaga sikap. Tapi ga masalah, selama kita bertujuan baik dan kita percaya kalo kita punya Tuhan yang selalu melindungi kita.

Aliran sungai dari Curug Malela

Lembah sungai yang tampak dari kejauhan
Ngecengin brondonk-brondonk yang lagi maen air he he he...
Curug Malela yang masih perawan dan belum banyak dikunjungi orang, memang belom dikelola dengan baik sebagai potensi wisata. Tapi justru itu yang membuat orang-orang penasaran untuk mengunjunginya. Tapi sayangnya, beberapa pengunjung kurang peduli dengan kelestarian lingkungan Curug Malela. 

Keindahan Curug Malela rusak gara-gara orang yang suka "nyampah"
 Dibeberapa titik gw menemukan onggokan sampah plastik. Ada juga beberapa tunggul pohon yang terbakar atau entah sengaja dibakar oleh pengunjung yang berkemah disitu. Kalo bukan kita sendiri yang peduli, siapa lagi coba?



Conclusion:
Keindahan alam mencerminkan keagungan Sang Pencipta. Syukurilah anugerah Maha Karya ciptaanNya; dengan  mengunjungi, menikmati keindahannya, dan menjaga kelestariannya.