Senin, 25 Februari 2013

Alone But Not Lonely



Tanggal 9 Februari 2013 kemaren, gw diajak teman-teman gw; Gunadi, Yuni, dan Vania untuk melihat perayaan Malam Tahun Baru Imlek di Vihara Satya Budhi/Kelenteng Hiap Tian Kiong yang terletak di Jl. Kelenteng No. 223 A, Bandung. Kelenteng ini merupakan  kelenteng pertama dan terbesar di Kota Bandung, didirikan ada tahun 1896.

Ini pengalaman pertama kali gw masuk ke kelenteng. Kalo ke Vihara sih pernah. Gw pernah berkunjung ke Vihara Vipasanna Graha didaerah Lembang, yang  arsitekturnya mirip dengan bangunan khas Thailand. O ya di masa orde baru semua kelenteng diharuskan berganti nama jadi Vihara, padahal jelas-jelas itu keduanya adalah tempat ibadah buat agama yang berbeda. Vihara untuk umat Budha, sementara Kelenteng tempat ibadah umat Kong Hu Chu. Kalo mau lebih jelas perbedaannya bisa baca disini.

Bangunan kelenteng Hiap Tian Kiong terbagi menjadi beberapa ruangan. Di setiap ruangan terdapat altar tempat disimpannya patung-parung para dewa. Ada juga tempat khusus diletakannya lilin-lilin merah yang tingginya sekitar 2 meter. Di setiap ruangan terlihat banyak orang sedang melakukan ritual sembahyang. Gw merasakan aura mistis, selain karena banyaknya patung-patung yang dipuja-puja, ruangan-ruangan itupun dipenuhi asap dupa yang menyesakkan.
Gw dan teman-teman tidak berlama-lama di Kelenteng itu, karena bermaksud melanjutkan safari Malam Tahun Baru Imlek itu ke Vihara Dharma Ramsi, yang terletak di Jl. Luna, Bandung.

Di perjalanan sewaktu Gunadi  menyetir, dia menerima telepon dari temannya, Teja (dia teman gw main badminton juga). Teja mengundang kami untuk mampir ke rumahnya. Kami pun mampir sebentar ke rumahnya. Di sana kami diperkenalkan kepada isterinya Teja yang bernama Cindy, dan ibu mertuanya. Di rumah Teja kami disuguhi aneka makanan, termasuk kue onde-onde tanpa isi (salah satu makanan khas Tahun Baru Imlek).

Ternyata mertua Teja adalah ahli Kwa Mia (cenayang versi budaya China). Tapi kok feeling gw ga yakin ya dengan kemampuannya? he he he... coz pertama ketemu aja udah salah nebak. Dia ngomong: “kalian yang berpacaran teh ya?” sambil menunjuk ke ara gw dan Yuni. Padahal jelas-jelas di situ ada Gunadi yang merupakan pacarnya Yuni he he he... Kesan pertama aja udah salah nebak, mana bisa gw percaya? wkwkwk....

Cindy adalah seorang perempuan berbody jumbo wkwkwk... maksudnya super bongsor alias genduuuut he he he... Dia perempuan berumur 30 tahun yang bersifat sangat supel dan ceria, hingga kami mudah akrab dengannya.  Dia bercerita kalo keahlian ibunya meramal diwariskan dari leluhurnya secara turun-temurun. Dia juga dengan bangganya bilang kalo kelak dia yang akan meneruskan keahlian ibunya itu. Tak lupa dibumbui dengan membanggakan kalo klien ibunya itu banyak orang-orang terkenal, mulai dari artis sampai menteri (sambil menyebutkan beberapa nama orang-orang terkenal yang pernah jadi kliennya itu). Gw jadi otomatis menilai kalo orang ini kayanya ga bisa jaga privacy kliennya dech. Makanya gw ga tertarik untuk berurusan dengan keluarga paranormal bocor ini. Kalo Vania sih keliatan tertarik tapi masih keliatan gengsi.

Setelah dari rumah Teja kami melanjutkan perjalanan ke Vihara Dharma Ramsi. Ternyata di Kelenteng itu suasananya jauh lebih ramai. Disana gw sempet motret beberapa bagian dari Kelenteng itu dengan menggunakan kamera HP. Beda dengan di Vihara Satya Budhi/Kelenteng Hiap Tian Kiong yang dilarang memotret. Di Vihara Dharma Ramsi, pengunjung diperbolehkan mengabadikan gambar dengan kamera. Jadi ga mengherankan kalo disana banyak fotografer berseliweran dengan kamera SLR-nya.

Gambar diambil dari homotography.blogspot.com

Malam Valentine’s day, Gunadi dan Yuni ngajakin gw untuk berkaraoke di salah satu mall di Bandung. Mereka menjemput gw, lalu di perjalanan Gunadi dan Yuni bilang kalo mereka juga mau jemput Teja dan Cindy untuk diajak karaoke. Buat gw sih ga masalah, coz lebih banyakan yang ikut akan lebih seru. Jadilah malam itu kami karaoke berlima: gw, Gunadi, Yuni, Teja, dan Cindy.

Sepanjang perjalanan pergi maupun pulang, Cindy ngoceh terus. Dia bilang kalo gw itu cocok sama Vania dan bla bla bla... padahal gw udah bilang dengan cukup jelas dan lugas kalo Vania itu bukan type gw. Mulutnya yang nyinyir ngomong, gw mau nunggu apa lagi? umur sudah lebih dari cukup tapi masih sendiri aja dan lain sebagainya. Gw hanya senyum-senyum aja coz nganggap itu hanya sebagai candaan aja. Tapi anehnya makin lama Cindy bukannya berhenti ngomong, tapi malah makin gencar menyerang gw dengan mempromosikan Vania itu gini gitu gini gitu... Sotoy bener ni orang, baru juga kenal udah ngomong soal bibit bebet bobot, tau gw jg kagak!!! Gw sudah hadapin dia mulai dengan ngomong halus, sampai nada bicara gw sedikit meninggi tapi dia tetap nyerocos terus seperti petasan banting. Dia makin semangat mengolok-olok gw,  karena teman-teman gw pada ketawa-ketawa. Dia seakan-akan ga ada ada energi tambahan untuk melecehkan gw dengan modus menjodohkan gw dan Vania. Akhirnya gw diemin aja. Gw malam itu pulang dengan sedikit kesal.

Jumat malam, tanggal 22 Februari 2013, sepulang dari badminton gw, Gunadi, Yuni, dan Axel mengisi perut di kedai Nasi Kuning di daerah Pasirkoja. Kami hampir selesai makan waktu ada sebuah sepeda motor parkir di dekat tempat duduk kami. Eh ternyata penumpangnya adalah pasangan suami isteri Teja dan Cindy. Jadilah mereka gabung ke meja kami.
Dan lagi-lagi si gembrot bermulut nyinyir mulai menggoda-goda gw, dengan sok menjodoh-jodohkan gw dan Vania.

"Nyari yang kaya gimana lagi sih loe?” kata Cindy.
“Ya, nyari yang cocoklah sama selera gw.” jawab gw.
“Padahal dia pendidikannya bagus, dari keluarga baik-baik, karier bagus, punya rumah dan mobil...” sambungnya.
“Itu saja ga cukup, kan kudu ada chemistry dan rasa cinta...” sahut gw.
"Ah cinta mah bisa tumbuh nanti juga!!” kata Cindy
“Tapi gw maunya cintanya bukan nanti, tapi harus sekarang sebagai landasan pernikahan.” Kata gw, jelas.
“Emang apa alasannya loe ga suka sama si Vania?” tanya Cindy.
“Tidak cantik, gendut, dan umurnya lebih tua dari gw.” jawab gw asal.
“Soal mau cantik mah kan bisa dipoles, soal gendut bisa diet dan olahraga........”
“Tapi kalo umur lebih tua ga bisa dirubah kan???” gw memotong pembicaraan.
“Sekarang umur berapapun bisa hamil dan melahirkan dengan aman. Jadi ga ada masalah dong?” Cindy berargumen.
“Tapi gw maunya sama yang lebih muda dari gw. paham??” jawab gw lugas.
“Malah makin mesra lho kalo sama-sama cinta di usia senja!!! ha ha ha” kata-kata Cindy tajam menusuk, diakhiri dengan tawanya yang menyebalkan.
“Gw tantang, berani tarohan ga? menurut ramalan gw loe bakal jadi sama si Vania” tantang Cindy.
“Siapa takut?!!! gw yakin banget 1000% bakal menang!!!” jawab gw mantap (ya iyalah gw kan homo, mana bisa ramalan murahan gitu bisa menggoyahkan ke-gay-an gw he he he...).
Ingin rasanya gw menyumpal mulut si Cindy dengan kaos kaki gw, untuk menghentikan bacotnya, tapi gw masih bisa menguasai diri.
“Aalaaah... kalo loe sudah disodorin si Vania dalam keadaan telanjang mah, pasti bakal nafsu juga!!! ha ha ha....“ kata-katanya makin menyebalkan. Dia merasa diatas angin dan jadi pusat perhatian diantara kami. Dia seakan-akan tidak ada puas-puasnya mengolok-olok gw. Sementara teman-teman gw yang lain kebanyakan hanya diam dan sesekali tertawa.
“Gw ga akan horny liat cewek gembrot telanjang!!! Mana bisa gw nafsu kalo liat bentuknya aja kaya babi panggang ngangkang!!!" Gw sudah tidak bisa menahan emosi lagi. Sebenarnya Vania tidak terlalu gendut, dan kalimat itu aslinya ditujukan buat si gembrot Cindy. Mendengar kata-kata gw itu, dia tertegun. Mungkin dia shock dan tersindir. Teman-teman yang lain pun jadi terdiam...

Gw sudah males meladeni bacot si gembrot. Gw sangat tersinggung, karena status gw yang tidak menikah dijadikan bahan olok-olokan dan tertawaan. Apa haknya dia mencampuri urusan pribadi gw?? Baru juga kenal, sudah berani macam-macam.

Keesokan siangnya ada pesan masuk via whatsapp, ternyata dari Cindy (semua asli tanpa editan, kecuali memperjelas kata-kata yang disingkat).

Cindy:
“Farrel, jangan marah ya soal semalam. Gw kan cuma becanda doang soal jodoh-jodohan loe sama si Vania.”

Farrel:
“Mau ga marah gimana? Gw udah dijadikan bahan olok-olokan  kaya gitu sama loe. Buat loe lucu, buat gw najis.

Loe juga ga suka kan kalo kekurangan diri loe dijadiin becandaan sama orang lain? Kalo gw omongin sama si Vania tentang kejadian kemaren malam, gw yakin dia juga bakal tersinggung.”


Cindy:
“Gw juga begitu karena gw ikut-ikutan si Yuni aja, tar gw bilangin si Yuni juga dech supaya jangan main gitu-gituan”.

Farrel:
 “Ga juga, si Yuni ga pernah kaya gitu. Dia ngomong 1 kata, loe nyerocos ratusan kata.”


Cindy:
“Yee, gw dibalakin dia beberapa hari yang lalu bahas si Vania, tapi gw bermaksud serius dia sama loe. Kayanya dia juga ga suka sama loe tuh.”

Farrel:
 “Kalo orang sudah bilang ga suka, ya sudah tutup mulut. Gw jg ga ngerasa ke-geer-an. Mau suka atau kagak, ga ngaruh buat gw mah."

Cindy:
“Si Vania juga gitu kali...”

Farrel:
 “Iya, the point is: Jangan turut campur!!”

Cindy:
 “Yee, kemaren kan becandaan aja... kok nyolot sih?!!”

Farrel:
 “Gw ga suka cara becandaan loe. Makanya gw nyolot!!”

Cindy:
 “Baru dech gw punya temen yang seperti loe, loe jahat omongannya sama orang lain, tapi loe ga mau dibecandain. Pantesan aja temen loe terbatas. Dan begini dech ternyata, Sorry ya gw delete loe, karena gw juga ga suka sama loe!!!” Jadi sampai kapan pun loe mah bakalan sendiri!!!

Farrel:
 “Sudah salah ga nyadar-nyadar juga!!! Dasar Gembrot!!!”

Dan gw langsung memblokir dia dari Whatsapp.

Mungkin dia merasa ga puas, dia yang bilang mau ngehapus pertemanan, tapi keduluan diblock sama gw. Lalu dia kirim sms.

Cindy:
 “Loe jaga dech hidup loe!!! Jangan bisanya cuma berani di whatsapp. Datang kesini!!! Mau main pengacara?

Farrel:
“MALES!!!”

Cindy:
 “Makanya jadi laki jaga tuh!!! Jangan begitu, pantesan aja loe ga kawin-kawin dan temenan loe terbatas, jahatin orang pake mulut loe jago. Tapi ga tau becandaan!!! Aneh Loe.”

Farrel:
“Sia teu ngarasa aneh???  Tau loe apa yang  pernah si Teja bilang sama si Yuni?? Tanya aja sama si Yuni, gw mah cukup tau aja.

Udah ya, gw ga mau balas sms loe lagi.”

*Catatan 1: Sia teu ngarasa aneh = Loe ga ngerasa aneh??? ‘sia’ = kamu (B. Sunda kasar).
*Catatan 2: Teja pernah curhat sama Yuni, kalo dia sering masturbasi gara-gara kurang nafsu sama isterinya dan mau cari selingkuhan.

Dan setelah sms terakhir itu, Cindy menyerang gw dengan sms terus-menerus tapi gw cuekin. Gw udah males ngadepin orang kurang waras kaya gitu.

Cindy:
 “Loe bilang gw gembrot, gpp. Gw gembrot tapi udah kawin dan punya anak. Gw udah laku. Trus loe??”


Cindy:
 “Ya udah kalo ga suka, datang aja kesini, loe tau kan rumah gw? Atau mau main pengacara??? Tar gw kirim si Pak Priatna ke rumah loe.”

Cindy:
 “Loe siapa? Pake bilang sia segala?? Loe ga sekolah ya???”

Cindy:
 “Introspeksi dirilah!!!! Loe kan lebih tua dari kita semua, tapi sifat loe lebih kekanak-kanakan dari kita semua!!!!"
*Catatan: yang sebenarnya paling tua itu Vania, dia 2,5 tahun lebih tua dari gw.

Cindy:
 “Sorry ya, gw ga  mau punya temen yang ngomong pake sia!!! Kasar dan tidak makan sekolahan!!! Jangan balas sms ini lagi, gw ngeri punya kenalan tapi tidak berpendidikan dan tidak menyenangkan seperti loe!!!"

Hadoh, apa ga kebalik ya kata-kata itu sebenarnya lebih tepat kalo ditujukan buat dirinya sendiri? Kenal aja baru 2 minggu. Ketemunya juga baru 3 kali. Tau apa dia soal teman-teman gw?? pake bilang gw cuma punya teman dengan pergaulan terbatas. Tau apa dia soal pendidikan gw??? halloooo.... dan gw berani diadu kepintaran sama otaknya yang penuh lemak itu wkwkwk... Soal gw disumpahin ga bakal kawin-kawin? Kagak usah disumpahin juga gw mah emang ga akan kawin-kawin sama cewek. Puas??? wkwkwkwk....
Main pengacara?? Kagak perlulah, gw cukup punya nyali buat ngadepin seorang diri orang yang kaya gini mah!!!

Tapi gw tetap konsisten dengan omongan gw, kalo gw ga akan balas sms dia lagi. males ya menghadapi orang stress kaya gitu.  Biarkan anjing buduk menggonggong, selebritis tetap melenggang ha ha ha....

O ya, selagi gw menghadapi teror sms itu, gw juga sambil whatsapp-an jg sama Yuni. Yuni  mengirimkan foto-foto semua percakapan BBM dia dengan si Cindy. Disitu terlihat jelas si Cindy memang biang kerok. Sama Yuni menjelek-jelekkan gw dan Vania. Sementara sama gw, dia memfitnah Yuni yang ngomporin dia buat ngolok-ngolok gw.

Ngerasa ga akan enak hubungan pertemanan gw dengan Teja. Gw mengirim sms kepada Teja.

Farrel:
“Sorry ya, gw jadi ribut sama isteri loe gara-gara masalah kemaren malam. Dia sms terus-terusan menghina-hina gw. Tapi gw cuekin. Orangnya keras kepala ya. Emosi gw jadi terpancing. Sekali lagi sorry ya, kalo masalah ini bikin ga nyaman hubungan pertemanan kita. Gw yakin loe bisa lebih bijak melihat masalah ini.”

Teja:
“Istri gw emang sableng. Maklum ga punya bapak. Ga usah diladenin.”

Farrel:
“Ok thank’s ya.”

Teja:
“Tapi ga usah dibilangin, omongan gw ini sama Yuni, tar bisa diterusin sama isteri gw.”

Farrel:
“Siiiip...”

Wah, gw baru tau.  Ternyata si Teja termasuk golongan suami-suami takut isteri alias susis he he he...

Sore harinya sekitar pukul 16.00 WIB ada telepon masuk dari nomornya Teja. Waktu gw angkat, terdengar suara histeris di hp gw. Teriak-teriak tapi suaranya sedikit kurang jelas. Mungkin hp nya sengaja diloudspeaker. Tapi gw hafal, itu suara Cindy.

Cindy: “Ngapain loe lapor-lapor sama suami gw? Yang bermasalah kan loe sama gw!!!”

Farrel: “Biar loe diajarin etika sama suami loe!!!”

Cindy: “Kurang ajar!!! Sini loe kalo berani!!!”

Farrel: “Ogah!!! Loe yang bikin masalah. Gw yang kudu kesitu?? Males banget!!! Emang siapa loe???”

Cindy: “Bilang aja loe ga berani!!! Dasar banci loe!!!!”

Farrel: “Kalo gw banci, loe apaan dong??? Karung beras?!!??”

Dan hp pun terdengar dimatikan he he he....

Malam harinya gw, Yuni, Gunadi, Vania, dan Axel ngumpul di salah satu food market. Disana kami membahas tentang kejadian tadi siang. Dan ternyata Yuni sudah dihapus dari teman BBM oleh Cindy, gara-gara dianggap memihak gw (Yuni di-delete contact BBM Cindy dan Teja). Gunadi yang ga ada hubungannya dengan masalah ini pun turut kena delcon weeeksss... Kita-kita jadi penasaran dan nyuruh buka list contact BBM di BB-nyaVania. Dan ternyata dia juga sudah di delcon wkwkwkwk... Ada-ada saja ya.

Gw sengaja ga menghapus history chatting Whatsapp dan sms dari Cindy. Buat jaga-jaga aja, siapa tau kasus ini jadi panjang. Tapi feeling gw sih, dia cuma gertak sambal doang alias omong kosong.

Gw sampai terbawa emosi lho menuliskan kisah ini. Gw dapat hikmahnya dari kejadian ini: yaitu gw harus bisa lebih menguasai diri gw, jangan mudah terpancing.
Kalo bisa hindari berteman dengan orang biang cekcok dan stress kaya gitu lagi. Ya, intinya pilih-pilih teman itu wajib hukumnya he he he...

Conclusion:
Menjadi gay dan memilih untuk hidup sendiri memang harus punya energi ekstra. Karena di luar sana masih banyak orang yang berpikiran picik, dan tidak bisa menghargai pilihan hidup orang lain.

Kamis, 14 Februari 2013

Alfian



Sudah jadi rutinitas gw, kalo tiap Jumat malam gw menghabiskan waktu main badminton di salah satu GOR yang ada di Bandung. Biasanya gw masuk ke arena lapangan bulutangkis mulai pukul 19.00 WIB dan baru keluar pada pukul 23.30 WIB. Setelah lelah main badminton,  gw dan teman-teman biasanya berwisata kuliner tengah malam di seputaran Bandung. Hampir semua spot-spot tempat kuliner tengah malam di Bandung sudah gw sambangin. Mulai dari yang deket-deket sampai yang lumayan jauh. Ada beberapa spot yang rutin gw datangin sehabis main badminton, beberapa diantaranya adalah;

- Baso Semar, di Jl. Cihampelas dan Jl. Pungkur- Bandung.
- Food Market Kawasan Jl. Cibadak (banyak banget pilihannya, diantaranya adalah: Soto Simon, Soto  Jakarta, My Juice, Kobe Tepanyaki, Sekoteng Jahe, Ronde Jahe Alkateri, Baso Tahu Pie Tung, Bubur Ayam Kapitol, Juice Pataya dll ).
- Teh Gula Resto, di halaman Anata Salon Jl. Surya Sumantri - Bandung
- Nasi Kalong, di Jl. Martadinata – Bandung.
- C’mar, di Jl. Cikapundung – Bandung.
- Warung Nasi Ampera, di Jl. Soekarno Hatta – Bandung
- Warung Nasi Bu Imas, di Jl. Pungkur – Bandung
- Kedai AWC, Jl. Soekarno Hatta - Bandung.
- Nasi Kuning Pasirkoja, Jl. Pasirkoja - Bandung
- Kedai Masakan Khas Sunda, Ibu Dedeh di Jl. Kalipah Apo - Bandung
- Ronde Jahe Gardujati, di Jl. Gardujati - Bandung
- Susu Murni, di Jl. Kalipahapo – Bandung.
- Susu Murni, di Jl. Astana Anyar – Bandung.
- Perkedel Bondon, di Stasiun Hall – Bandung.
- Pusat Jajanan depan Factory Outlet The Secret, Jl. Martadinata - Bandung.
- Nasi Goreng PR, di depan Hotel Savoy Homann, di Jl. Asia Afrika – Bandung                 
- Nasi Goreng Mawut, di Jl. Tamansari - Bandung
- Kupat Tahu, di Jl. Pagarsih – Bandung.
- Madtari di Jl. Rangga Gading – Bandung.
- KFC, di Jl. Pajajaran dan Jl. Merdeka – Bandung.
- Mc D, di Istana Plaza Jl. Pasirkaliki – Bandung, dan di Jl. Gatot Subroto – Bandung.
- Sate H. Hadori, di Stasiun Hall - Bandung
- Sate di Kompleks Kurdi – Bandung.
- Ayam Gobang, di Jl. Mochammad Toha – Bandung.
- Pecel Lele 888 (ayam/bebek/burung dara goreng & bakar), di Jl. Abdul Rahman Saleh - Bandung
- Swike Jatiwangi, di Jl. Gardujati – Bandung
- Gampoeng Aceh, di Jl. Ir. H. Djuanda (Dago) – bandung.
- Bubur Ayam Katineung, di Jl. Jamika - Bandung
- Bubur Ayam Pak Otong, di Jl. Sudirman - Bandung
- Bubur Ayam Duti, di Jl. Gardujati – Bandung.
- Bubur Ayam Pak Amid, di Jl. Pajajaran – Bandung.
- Bubur Ayam H. Unang, di Jl. Sudirman – Bandung
- Dan Masih banyak yang lainnya...
Pokoknya kalo mau tahu yang gw recomend, tinggal tanya aja ya he he he...

Suatu malam, sehabis gw pulang badminton dan berkuliner tengah malam. Gw baru beres mandi pukul 01.00 WIB. Karena belom ngerasa ngantuk, gw iseng buka laptop dan online. Ga ada maksud apa-apa sih, hanya sekedar buka FB dan check mail. Tiba-tiba di akun FB gw ada pesan chat masuk dari Alfian, Brondong 18 tahun yang sudah beberapa bulan sebelumnya jadi teman gw di FB, tapi belum pernah ketemuan.

Alfian: “Hi, Kak...”
Farrel: “Eh ada si cakep...”
Alfian: “Kak bisa bantu aku ga?”
Farrel: “Bantu apa neh?”
Alfian: “Kak aku lagi ada masalah...”
Farrel: “Masalah apa atuh? cerita aja...”
Alfian: “Aku tadi berantem sama adik, dan ujung-ujungnya aku di usir sama mama aku.”
Farrel: “O ya? Trus...?”
Alfian: “Sekarang aku lagi di warnet, aku bingung mau tidur dimana, padahal aku udah capek dan ngantuk banget... mana aku ga pegang uang sedikitpun. Uang aku cuma cukup buat bayar warnet. Boleh ga kak, aku nginep semalam aja di rumah kakak?”
Farrel: “Hmmm... boleh aja sih...”
Alfian: “Tapi aku, bingung pergi kesananya... Kakak bisa jemput aku ga?”
Farrel: “Emang kamu dimana?”
Alfian: “Aku di Padalarang...”
Farrel: “Busyet!! Jauh amat...”
Alfian: “Iya, kak. Gimana dong?”
Farrel: “Ya udah kamu naik ojek aja, tar aku bayar disini.”
Alfian: “Aku ga mau ambil resiko, kak. Takutnya aku udah sampe disana tapi ga ketemu sama kakak. Tar malah jadi masalah dengan tukang ojeknya...”
Farrel: “Aku sebenernya pengen bantu kamu, tapi gimana ya... mana udah hampir Jam setengah dua lagi...”
Alfian: “Please dong, kak... tolongin aku... aku udah capek banget.”
Farrel: “Hmmmhhh... gimana ya... aku bingung.”
Alfian: “Ya udah, kalo kakak ga bisa bantu mah...”
Farrel: “Trus kamu mau kemana?”
Alfian: “Ga tau kak. Pusing.”
Farrel: “Ya udah aku berangkat sekarang jemput kamu...”
Alfian: “Beneran, kak?”
Farrel: “Iya.”
Alfian: “Sebelumnya, makasih ya kak...”

Tepat pukul 01:30 WIB gw pun meluncur menuju Padalarang. Gw pacu sepeda motor gw dengan kecepatan 80km/jam bahkan lebih. Gw pengen cepet-cepet sampe, coz badan gw sendiri juga udah ngerasa capek setelah tadi main badminton. Jarak Bandung – Padalarang, lumayan jauh. Tapi karena lalulintas cukup lengang maka gw bisa lebih cepat sampai di tujuan. Tiba di depan Mesjid Agung Padalarang, gw telpon Alfian. Mengabarkan kalo gw sudah sampai di Padalarang.
“Terus aja Kak, tempat aku masih lumayan jauh. Aku di Tagog Apu...”
What? Tagog Apu? (teriak gw dalam hati). Busyet, sudah lama banget gw ga melintas ke daerah itu, coz sejak jalan tol Cipularang beroperasi gw ga pernah lewat kesitu lagi. Lalu dia pun memberi petunjuk kalo letak warnetnya deket sebuah mini market.

Karena sudah terlanjur, maka tanpa pikir panjang gw langsung meluncur menuju TKP. Mungkin yang baca blog ini, berpikir kalo gw sudah sinting. Kok mau-maunya pergi jauh-jauh jemput brondonk di pagi buta pula... Gw di posisi yang serba salah, ngerasa sedikit dibohongin tapi ya sudahlah. Kalo udah niat nolong ya sudah harus tuntas. Sama kaya lirik lagunya Meggi Z: “Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali....” he he he...

Jalanan menuju TKP ternyata cukup bikin bulu kuduk merinding. Selain jalannya yang gelap, berkelok-kelok, dan disamping kanan kiri jalan terdapat  tebing, kabut pekat juga menambah suasana makin horor. Kabut yang turun itu membuat jarak pandang sangat pendek. Apalagi pas gw melintas di jalan rel kereta, insting gw mengatakan kalo di jalan itu banyak arwah penasaran bergentayangan. Tapi gw berusaha tetap tenang dan mensugesti diri gw sendiri: “perbuatan gw kan udah kaya setan, masa setan masih mau iseng gangguin gw juga?” wkwkwk...

Finaly, gw sampe juga di TKP dengan menggigil karena udara malam itu sangat dingin. Gw buka ponsel gw. Busyet 2 HP CDMA gw asli ga ada signal. Sialan!! Gimana ini? Gw buka HP yang GSM, sykurlah ada signal sekalipun cuma 1 strip. Tapi yang jadi masalah HP yang itu pulsanya cuma ada 1000 perak!! Gw ga mau ambil resiko untuk telpon, coz takut ga nyambung tapi pulsa terkuras (mana ga ada yang jualan pulsa malam-malam gini). Jadi gw sms Alfian. Tapi yang bikin perasaan gw ga karuan sms dari gw ternyata pending... hikz!! Akhirnya gw paksain telpon, coz gw ga ada pilihan lain. Untunglah telpon gw bisa nyambung... plong rasanya.... gw hanya ngomong 2 kata: “udah sampe.”

 Gambar diambil dari http://homotography.blogspot.com
Dari keremangan malam nampaklah sesosok brondonk berpostur tinggi muncul berjalan menuju ke arah gw. Penampilannya sedikit lusuh, tapi tak mengurangi kegantengannya.

“Makasih ya Kak,  udah mau jauh-jauh jemput aku.” Kata Alfian berbasa-basi.
“Iya, ayo kita langsung jalan aja.” Sahut gw.
“Kamu ga pake jaket?” tanya gw.
“Ga, kak” Jawabnya, singkat.
“Nanti kamu kedinginan lho, aku aja sampe menggigil gini.” kata gw.
“Gpp kok...” jawabnya pasrah.

Lalu kami pun mulai meluncur menuju ke Bandung. Waktu sepeda motor gw melintas di jalan rel kereta lagi. Gw ngomong sama Alfian kalo gw ngerasa di tempat itu ada ‘sesuatu’.
“Bener Kak, disini memang banyak yang meninggal gara-gara kecelakaan. Termasuk bapak aku....Dia meninggalnya juga disini....” Alfian menjelaskan dengan tenang, tapi nampak sedang menahan emosi.
Gw tidak mau berlarut-larut ngobrol yang bikin dia sedih. Gw hanya konsentrasi sama jalan yang akan gw lalui.

“Kak, dingin banget. Boleh meluk kakak ga?” kata Alfian.
“Boleh... peluk aja. Tangan kamu masukkin ke jaket aku aja biar hangat.” Jawab gw.
Kasian Alfian dibonceng motor subuh-subuh, cuma pake kaos oblong pula.

Di sepanjang jalan dia cerita, setelah bapaknya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ibunya menikah lagi dan punya beberapa anak lagi dari suami barunya. Usia Alfian dengan adik tirinya terpaut 3 tahunan. Alfian merasa kalo ibunya jauh lebih sayang dan perhatian sama adik tirinya. Makanya pas tadi malam berantem, ibu kandungnya sendiri sampai melontarkan kata-kata mengusir Alfian dari rumahnya.

Anak-anak produk broken home kaya ginilah yang biasanya mencari kasih sayang di luar rumahnya. Dia mencari perhatian dan cinta dari orang yang jauh lebih dewasa dari dirinya. Kebetulan gw suka sama brondonk, tapi bukan berarti gw memanfaatkan kondisi kaya gini. Cuma kebetulan aja gw sering dapetnya memang brondonk-brondonk yang kehilangan figur bapak di dalam keluarganya. Entah itu karena sudah meninggal dunia atau karena dia kurang dekat dengan bapaknya. Ya, sudahlah... apapun itu yang penting gw dan si brondonk bisa saling mengisi... Dan ga ada pihak mana pun yang merasa dirugikan.

Gw dan Alfian tiba di rumah gw pukul 03.00 lebih. Perjalanan yang cukup melelahkan memang. Alfian meminta ijin pengen mandi coz badannya sudah terasa lengket karena seharian belum mandi. Gw pun meminjamkan pakaian supaya dia bisa tidur dengan fresh. Saat itu ga ada sedikitpun niat gw untuk melakukan hubungan badan dengan Alfian. Disamping ga tega melihat kondisi Alfian, badan gw sendiri juga ngerasa capek banget.
Gw hanya mencium kening Alfian, sambil mengucapkan selamat tidur... Dia tersenyum, kelelahan tak bisa disembunyikan dari rona wajahnya.

Beberapa waktu kemudian gw mulai terlelap. Lalu gw terbangun dari tidur gw,  karena merasakan ada pelukan erat dari belakang tubuh gw. Dan sesuatu yang hangat dan mengeras mengganjal di bagian bawah punggung gw... Gw perlahan-lahat membalikkan badan. Tatapan mata gw dan mata Alfian bertautan. Rupanya Alfian belum bisa memejamkan matanya.

“Kamu ga bisa bobo?” bisik gw...
“Iya, kak...” desisnya...
“Kakak bisa peluk aku ga?” tanya Alfian.

Gw hanya tersenyum dan langsung memeluk erat tubuh dia. Dia nampak nyaman dalam pelukan gw.  Tanpa disadari dari pelukan itu berkembang menjadi ciuman romantis, lalu menjadi berubah menjadi ciuman yang panas membara... Lalu tubuh gw dan Alfian pun kini sudah tak memakai apapun juga. Semuanya berjalan natural... Gw tak kuasa menahan gejolak itu. Alfian memang brondonk tampan, hingga gw ga berdaya untuk mengendalikan api berahi yang dia kobarkan. Dan satu hal lagi yang gw suka, Alfian punya ‘senjata’ yang istimewa, panjangnya 18cm. Wow!! I love it!  Dia versatile, sehingga gw bisa menikmati mengoral penisnya yang panjang dan bisa memberikan ‘kenikmatan’ lain kepada dirinya. Tanpa terasa permainan  hot itu berlangsung hampir 1 jam. Kami sama-sama mencapai klimaks secara bersamaan.

Setelah berbilas, kami beranjak mau kembali tidur. Adzan subuh sudah 20 menitan yang lalu berkumandang. Tiba-tiba HP Alfian berdering, rupanya telpon dari ibunya. Ibunya menyuruh Alfian untuk pulang saat itu juga. Dia mengancam kalo Alfian tidak segera pulang, Alfian tidak akan diperbolehkan pulang untuk selamanya.

Kasian Alfian, diusianya yang masih terlalu muda udah harus menghadapi masalah  hidup yang cukup berat.

“Kak, aku harus pulang...” Alfian minta ijin.
“Subuh-subuh gini? Agak pagian aja ya, biar akunya udah ga terlalu capek.” Jawab gw.
“Si mama ga bisa dibantah, kak. Kakak anterin aku sampe terminal aja...” Sahut Alfian.
“Baiklah...” kata gw, sambil manggut-manggut.
“Tapi aku pinjem uang Rp 10.000,- buat ongkos pulang. ya Kak. Soalnya aku ga pegang uang sedikitpun.” Alfian bicara dengan sedikit ragu dan malu.

Gw, mengiyakan kan, lalu menyelipkan uang secukupnya ke tangan Alfian. Dan menegaskan itu bukan uang pinjaman, tapi gw memberikannya dengan ikhlas.
Lalu gw mengantarkan dia sampai ke terminal, hingga mobil angkot yang ditumpanginya melaju...

Tiba di rumah, gw langsung ke kamar dan menarik selimut. Tapi dari balik selimut gw menemukan benda mengkilat. Rupanya itu kalung milik Alfian, yang terlepas waktu kami bergumul tadi. Keesokkan harinya gw mengabarkan ke Alfian kalo kalungnya ketinggalan di rumah gw. Dia bilang tar kalo dia pas main ke Bandung akan memberi kabar, biar bisa janjian ketemu gw untuk mengambil kalungnya. Rupanya kami belum berjodoh. Disaat dia 3 kali lagi berada di Bandung, gw lagi ada urusan lain, jadi ga sempat menemui dia.

Kejadian itu sudah lama sekali. Sekarang dia sudah bekerja sebagai front office di sebuah Bank swasta, di luar pulau Jawa. Alfian sudah pergi jauh, tapi dia meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Coz dia satu-satunya brondonk yang mampu membuat gw mau nekat malam-malam jemput dia, ke lokasi yang jauh, dan melewati tempat yang horor he he he... 

Entahlah penting atau tidak, kalung Alfian akan gw simpan baik-baik, sampai sang pemilik datang lagi untuk mengambil haknya... Sekalipun tidak diambil selama-lamanya, tapi gw akan terus menyimpannya. Anggap aja kalung itu sebagai salah satu memorabilia petualangan gw he he he....


Conclusion:
Ketika kita punya niat ikhlas untuk menolong, singkirkan pamrih dan keinginan untuk dipuji. Karena di saat kita tidak memperhitungkan jasa-jasa kita, saat itulah Tuhan sedang mengakumulasikan pahala kebaikan kita.