Sabtu, 22 Juni 2013

Cermin Diri



Sudah berkali-kali kali gw bertemu dengan seorang brondonk berumur 20 tahun, sebut saja namanya Michael dalam beberapa kesempatan chatting di MIRC. Jujur aja, fotonya memang kurang menarik perhatian gw. Karena selain fotonya sengaja diblur dengan pencahayaan yang redup, brondonk berkacamata ituterlihat seperti acuh tak acuh. Makanya ga mengherankan kalo selalu tejadi kebuntuan komunikasi setelah saling tukar pic. Mungkin karena dia tidak tertarik dengan gw. Dan gw sendiri biasanya suka males kalo chatting dengan orang yang fotonya cuma ada satu dan ngeblur pula. Tapi dari fotonya yang agak-agak ga jelas itu, gw bisa menilai kalo Michael sebetulnya termasuk cakep tapi terlihat sedikit nerd he he he...

Memory gw emang cukup bagus, jadi sebelum chatting terlalu jauh, biasanya gw sudah hafal siapa orang yang sedang chatting dengan gw itu (saking seringnya ketemu di dunia maya). Dan sampailah pada sebuah moment gw ketemu lagi dengan Michael dalam suatu kesempatan chatting di MIRC, tapi belum saling tukar pic.

Michael: Kok diem?

Farrel   : Udah ya, kamu kan ga tertarik sama aku.

Michael : Emang pic kamu yang mana?

Farrel    : *************.jpg

Michael : Ooooohhh....

Farrel    : Benerkan, ga suka?

Michael : Sebenernya aku suka, tapi aku takut.

Farrel    : Takut kenapa?

Michael : Jujur aku jarang banget ketemuan, apalagi yang umurnya jauh diatas aku.

Farrel    : Artinya ga suka sama aku dong?

Michael : Ga gitu juga, kok. Aku malah suka yang umurnya lebih dewasa. Dan badannya kaya kakak.

Farrel    : O ya? Trus?

Michael : Aku takut kalo ketemuannya ternyata sama orang jahat. Kaya berita-berita di tv.

Farrel    : Emang tampang aku keliatannya jahat ya?

Michael : Ga lah. Manis kok. Tapi kan jahat atau baik itu ga bisa diliat dari wajahnya.

Farrel    : Iya sih. Ya nilai aja pake feeling kamu, apa aku ini orang baik atau bukan.

Michael : Btw,  maaf ya, kakak cut/uncut

Farrel    : Cut. Kalo kamu?

Michael : Cut juga.

Farrel    : Ok.

Dan percakapan di chatting pun berlanjut hingga saling tukar nomor HP.  Malam memang sudah sangat larut, jadi tidak memungkinkan untuk kami saling bertemu malam itu.

Dalam beberapa hari berikutnya, antara gw dan Michael sering berkomunikasi lewat sms. Saling menanyakan khabar atau hal-hal sepele lainnya. Dan kami pun akhirnya membuat janji untuk ketemuan. Michael kayanya anak rumahan banget dan jarang keluyuran jauh dari rumahnya. Dia nampak kurang hafal dengan jalur angkutan umum. Hingga gw harus memandunya naik angkutan umum jurusan tertentu untuk sampai ke tempat gw.

Siang itu memang lagi libur dan gw lagi sendirian aja di rumah. Hujan yang mengguyur dari pagi belum menampakkan tanda-tanda akan berhenti. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 11.00 siang, padahal di jam itu Michael janji untuk datang. Melihat kondisi itu, gw akan cukup maklum kalo Michael datang terlambat atau jika membatalkan kedatangannya sekalipun. Ya mau gimana lagi, toh hujannya cukup deras dan pasti bikin orang-orang malas untuk keluar rumah.

Tapi syukurlah, detik-detik menjelang pukul 11.00 hujan mulai mereda dan menyisakan rintik-rintik. Ada sms masuk dari Michael, mengabarkan kalo dia sudah sampai di tempat ketemuan yang sudah disepakati sebelumnya. Gw sangat menghargai orang-orang yang menepati janjinya, sekalipun ada halangan.

Lalu dengan membawa payung bergambar Hello Kitty gw berangkat menjemput Michael... ha ha ha... #lebay.com (padahal mah, payung gw warnaya hijau daun dan ga ada gambar apapun. Sumpah!!! Wkwkwk...). Dari kejauhan nampak seorang brondonk berkacamata, berlindung dibawah payung merah bertuliskan salah satu Toko Perhiasan di Bandung. Dia memakai t-shirt putih dan celana pendek PDL warna khaki. Dari tampilannya gw menduga kalo sebenernya usia Michael belum mencapai 20 tahun, bahkan menurut feeling gw kayanya dia masih SMA. Wajah Michael pun jauh lebih tampan dan keliatan jauh lebih fresh dari fotonya. Setelah sedikit basa-basi, gw langsung mengajak Michael ke rumah gw.

Di dalam kamar gw, terjalin obrolan yang lumayan akrab. Michael memang keliatan cukup pendiam. Tapi karena gw orangnya suka bercanda, dia jadi merasa nyaman dan tidak terlihat kikuk lagi.

Setelah melihat secara face to face, nampak jelas kalo wajah Michael itu oriental. Padahal awalnya gw mengira dia orang Padang (maklum fotonya kan ga jelas he he he...).  Dia memang keturunan Chinese, sama kaya gw juga. Tapi kalo gw sih Chinese KW coz udah ada campuran pri dari nenek gw he he he... Setelah dia tau kalo kami sama-sama Chinese, dia pun mengganti panggilan gw dari kakak menjadi koko.

Michael yang tampan ala oriental dan berkulit putih mulus itu, ternyata sukanya sama orang yang bertubuh gempal dengan aroma tubuhnya yang lelaki banget (bukan ketek bau bawang busuk yang menyengat lho he he he...). Makanya sebelum ketemuan dia meminta gw jangan mandi ‘terlalu bersih’. Maksudnya gw jangan menggosok bagian ketek gw dengan sabun. Wah ada-ada aja ya, tapi tetap gw penuhi juga requestnya he he he...

Gambar diambil dari http://idolofasia.blogspot.com

Setelah makin akrab. Michael bertanya sambil malu-malu;

“Ko, boleh cium koko ga?”
“Hhhmmm gimana yaaaa... ya boleh banget atuh!! ha ha ha...” jawab gw menggodanya.
“Aaahh kokooo... kirain koko ga mau.” Sahutnya dengan muka sedikit merona merah.
“Ayo mendekat sini...” kata gw.

Dia mendekat, lalu gw memeluk tubuhnya. Michael pun membalas pelukan gw dengan pelukan yang lebih erat. Kemudian bibir kami saling berpagutan dalam ciuman yang awalnya pelan dan sopan, namun kemudian berubah menjadi liar, memanas dan kemudian membara membangkitkan gairah libido kami.

Kulit tubuh Michael yang putih mulus terlihat jelas waktu gw melucuti pakaiannya. Begitu gw membuka celana dalamnya, nampaklah penisnya yang bersunat dengan bulu-bulunya yang sangat lebat. Penis Michael nampak tegang dan basah oleh precum. Nampaknya dia sudah dari tadi menahan diri untuk menyerang gw he he he...

Lalu dia juga melakukan hal yang sama. Dia melucuti semua pakaian yang menempel di tubuh gw. Dia membaui dan menciumi seluruh bagian tubuh gw.

“Baunya enak banget, ko....” katanya.
“Suka ya?” tanya gw.
“Iya... suka banget...” jawabnya, sambil terus melancarkan aksinya.
Permainan pun berlanjut lebih panas

Punya koko gede juga ya...” lanjutnya, sambil memegang benda kelelakian gw.
“he he he... biasa aja kok. Mau dimasukkin?” tanya gw.
“Iya, mau. Tapi pelan-pelan ya, Ko. Takut sakit.” Pintanya.
Gw hanya membalaskan dengan senyuman dan anggukan tanda setuju.

Benar saja, ternyata Michael sedikit kesakitan waktu gw mencoba melakukan penetrasi. Gw harus beberapa kali menahan diri untuk tidak terburu-buru. Gw harus melakukannya secara bertahap dan perlahan. Michael nampaknya memang belum terlalu berpengalaman, makanya dibutuhkan kesabaran ekstra untuk membobolnya he he he... Setelah sekian lama, akhirnya Michael bisa menikmati permainan itu. Rasa sakitnya lalu berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Gw memandunya untuk bisa saling memberi kenikmatan.

Ko, aku mau dua kali. Boleh ga?” tanyanya. Padahal permainan pertama pun masih berlangsung he he he...
“Hmmm.... boleh bangeeet...” bisik gw di telinganya. Michaelpun menyambut jawaban gw dengan senyuman.

Jadilah siang itu kami bermain 2 ronde. Melelahkan tapi sekaligus sangat menyenangkan he he he...

Dari obrolan-obrolan dengannya gw jadi tau, ternyata Michael adalah seorang yang aktif pelayanan di gereja. Dia dan keluarganya  adalah aktivis di salah satu  gereja yang ada di Bandung. Makanya tidak mengherankan kalo sikap Michael itu seperti acuh tak acuh. Keinginannya kuat tapi terhalang dengan keyakinan imannya. Dia seperti mencoba menyalakan api, dan berusaha memadamkannya sendiri. Diantara hasrat yang kuat dan rasa takut akan dosa.

Waktu gw melihat Michael, gw seperti bercermin pada diri gw beberapa tahun yang silam. Dulu, sosok gw sangat alim tapi jauh dilubuk hati gw yang terdalam, menyimpan bara hasrat terlarang. Belasan tahun gw masih bisa bertahan, tapi pertahanan itu akhirnya runtuh juga. Seperti istana pasir yang luluh lantak diterjang ombak.
Masalahnya mungkin sedikit berbeda, gw termasuk terlambat memasuki dunia gay, sementara Michael mengenal dunia gay-nya jauh lebih awal.

Dibalik keluguan dan kesederhanaan sikapnya, ternyata Micahel termasuk sosok yang kuat. Karena dia berani coming out pada keluarganya. Yang tentu saja pada awalnya  dia mengalami penolakan dari keluarganya. Dia pun menerima konsekuensi pengekangan dalam bergaul. Ibunya berubah menjadi lebih protektif. Waktu di rumah gw pun, beberapa kali Michael menerima telepon dari ibunya.

Michael juga berani curhat tentang masalah orientasi seksualnya pada pembimbingnya di gereja, yang kemudian bukannya memberikan solusi tapi malah menjauhinya. Gw hanya memberinya nasehat supaya jangan terlalu terbuka bicara masalah orientasi seks kepada orang lain. Coz kalo bicara kepada orang yang salah, bisa-bisa malah mendatangkan masalah yang baru. Kalo ingin menyelesaikan masalah tanpa masalah, ya ke pegadaian aja he he he...

Conclusion:
Dengan coming out, mungkin kita berharap diri kita bisa diterima apa adanya. Tapi yang harus dipertimbangkan adalah seberapa toleran lingkungan bisa menerima perbedaan itu. Jangan sampai masalah kita, mendatangkan masalah baru hanya karena sebuah kata: ‘pengakuan’.