Sabtu, 10 Agustus 2013

Hikmah Tersembunyi Menjelang Lebaran


Benar kata pepatah, kalo: jodoh, rejeki, dan maut adalah misteri Ilahi. Tiga hal itu (dan banyak hal lainnya) adalah hak prerogatif Tuhan, Sang Maha Pemilik. Berbicara masalah maut atau ajal, seringkali membuat kita terkejut dan bertanya-tanya; kok bisa? Dia kan masih muda? Kemaren masih sehat-sehat aja kan? dan sejuta tanya lainnya.

Begitu juga kejadian yang menimpa teman badminton gw, sebut saja namanya Theo. Secara mengejutkan gw menerima kabar kalo dia meninggal dunia. Teman-teman gw yang lainnya pun hampir-hampir ga percaya dengan kejadian ini. Yang bikin kami makin bertanya-tanya adalah karena minimnya informasi yang kami dapat tentang kematiannya. Mungkin hal itu disebabkan karena kami hanya berteman di lapang badminton dan FB saja, selain itu hampir ga pernah ada kontak. Tanggal 30 Juli 2013, pukul 20.00 WIB gw menerima message via whatsapp  yang mengabarkan kalo Theo meninggal. Tak ada informasi lainnya dari si pemberi kabar karena dia juga mendapat kabar dari temannya yang lain. Baru pada pukul 23.00 WIB gw mendapat kepastian kalo Theo memang benar sudah meninggal. Makin yakin juga karena teman gw mengirimkan foto closed up Theo yang sudah berada di dalam peti jenazah. Wajahnya membiru, terlihat dingin dan kaku...

Theo umurnya baru mau menginjak 35 tahun, dan dia meninggal karena serangan jantung. Nyawanya tak tertolong meski dia sudah mendapat pertolongan medis di rumah sakit.
Yang membuat kami terkejut adalah, karena secara fisik dia terlihat sangat sehat. Badannya berotot dan kokoh karena dulu rajin fitness. Pahanya sangat besar dan nampak tangguh. Wajahnya termasuk ganteng, meskipun postur tubuhnya termasuk kurang tinggi. Pokoknya tak ada tanda-tanda kalo dia mengidap penyakit jantung. 

Tanggal 26 Juli kami masih main badminton bersama, bahkan dia berpasangan dengan gw (jarang banget gw main berpasangan dengan dia). Dia bermain dengan penuh semangat, meskipun akhirnya kalah dengan score beda tipis dari lawan kami. Tapi dia yakin, kalo sekali lagi melawan pasangan itu, kami bisa menang. Makanya dia mengajak gw untuk berpasangan lagi Jumat depannya. Malam itu dia bermain badminton 3 kali (biasanya paling banyak dia main 2 kali), sedangkan gw 5 kali. Entahlah apakah kematiannya itu ada hubungannya karena dia terlalu kelelahan main badminton atau tidak.

Keesokan harinya gw datang melayat ke rumah duka, jasadnya nampak lebih membiru dari fotonya yang gw terima semalam via whatsapp. Waktu gw tiba di rumah duka, kebaktian penghiburan baru saja usai. Gw sempat ikut mengantri mendoakan dan mencipratkan cologne ke jasad Theo, sebelum peti jenazahnya ditutup. Tangis kesedihan masih terlihat dari keluarganya Theo. Tapi yang paling terlihat terpukul adalah Sisca, tunangan Theo yang menurut rencana akan dinikahi Theo dalam waktu dekat. Tapi apa mau dikata, rencana manusia ternyata tidak sejalan dengan rencana Tuhan.


Malam itu cukup banyak orang yang datang melayat ke rumah duka. Termasuk ada  8 orang dari teman-teman main badminton. Di sela-sela obrolan dengan teman-teman di rumah duka malam itu, gw banyak menerima SMS, FB inbox dan whatsapp dari teman-teman gw yang lain, yang menanyakan informasi tentang kematian Theo. Salah satunya dari Andrew, teman lama gw (tapi dia termasuk ga begitu rajin datang main badminton);

Andrew: “Beneran Ko, si Theo meninggal?”

Farrel   : “Iya, sekarang Koko lagi ngelayat di rumah duka”

Andrew: “Meninggalnya kenapa gitu, Ko? umur berapa?”

Farrel   : “Serangan jantung. 35 tahun”

Andrew: “Umur mah ga disangka-sangka, ya.”

Farrel   : “Iya.”

Andrew: “Btw, Si Theo teh yang mana ya, Ko?”

Farrel   : “Gubrakkkkk!! Beuh kirain nanya-nanya teh, tau orangnya yang mana he he he...”

Andrew : “ha ha ha... Emang yang mana, Ko?...”

Farrel   : “Yang ini... (sambil gw mengirimkan file foto jenazah yang kemaren).

Andrew: “ Bujubuneng!!! Ga usah foto mayatnya juga kalee Koooo... he he he...”

Farrel   : “Biar lebih jelas aja, daripada menjelaskan pake banyak kalimat, tar udah capek-capek ngetik belom tentu kamu tau orangnya yang mana ha ha ha...”

Andrew: “Dasar si koko mah ha ha ha... alamat bakal susah tidur neh ha ha ha...”

Malam itu, gw dan teman-teman masih ngobrol ngalor ngidul di rumah duka. Kami juga membahas tentang isteri salah satu teman main badminton kami, yaitu Benny. Yang lebih dari 6 bulan lalu divonis dokter; kalo sisa umurnya kurang dari 3 bulan lagi, karena gagal ginjal.

Lukman: “Umur mah ga bisa ditebak ya... Si Theo yang segar bugar tiba-tiba meninggal. Sementara Isterinya si Benny yang sakitnya parah banget dan divonis ga akan berumur panjang, malah masih hidup."

Farrel  : “Dia ngurus perpanjangan nyawa kali.” Jawab gw asal.

Jerry    : “Emangnya KTP!! pake bisa diperpanjang segala he he he...”

Gunawi: “Atau pura-pura budek kali, pas dipanggil Tuhan...” celetuk Gunawi, dengan wajah polos

Kami   : “Husssyyy!!!” Kata kami serempak, sambil berusaha menahan tawa.

Pulang dari rumah duka gw ga bisa langsung tidur. Bukan karena takut gara-gara udah melayat orang yang baru meninggal, coz gw ga termasuk penakut dalam hal-hal dunia hantu he he he... Tapi emang ga ngantuk aja. Pukul 02.00 WIB gw melihat tanda-tanda kehidupan dari status FB teman gw Yosia.

Yosia adalah salah satu teman lama gw. Dulu gw dan dia sangat akrab. Dia adalah teman gereja, teman jalan, dan teman fitness gw. Wajahnya tampan, kulitnya putih, rambutnya sedikit pirang. Umur Yosia lebih muda dari gw, makanya dia manggil gw Koko. 

Dulu gw sering diajak mampir ke rumahnya. Di kamarnya banyak banget koleksi film bokep hetero. Tak jarang gw dan dia nonton bokep bersama, tapi kejadiannya cuma sampe nonton bareng doang, coz gw tau banget dia itu straight. Dia termasuk yang ga malu-malu ganti baju di depan gw, bahkan sampai telanjang bulat! Bulu jembutnya sangat lebat,  rimbun sampai ke bagian paha dalamnya. Jadi kalo dia pake celana renang bentuk segitiga, jembutnya bermunculan!! Begitu juga di bagian pusarnya he he he... Penisnya termasuk gede dan berwarna gelap, tapi sayangnya ga pake helm SNI alias masih berkupluk atau ga disunat he he he... Jadi gw hanya menikmati pemandangan yang sering dia suguhkan itu, dengan sok cool dan acuh tak acuh. Berusaha tidak memperlihatkan ketertarikan pada benda yang menggelantung milik Yosia itu, padahal mah gw tetap fokus mengamatinya he he he...

O ya, menjelang Lebaran tahun 2012 lalu dia mengalami kecelakaan lalulintas. Dia bertabrakan secara frontal dengan pembalap liar. Dia terluka parah dalam insiden itu. Yosia mengalami patah tulang tangan kiri di dua bagian dan kaki kiri di 3 bagian. Tulang pergelangan kaki kirinya bahkan remuk. Kasihan dia, padahal dia sudah punya isteri dan 2 anak yang masih kecil-kecil. 

Kondisinya sangat memprihatinkan. Keadaannya yang sudah parah, ditambah dengan penanganan medis yang kurang baik dari rumah sakit tempat pertama kali dia dirawat. Maka lengkaplah sudah penderitaannya. Hal itu membuat kami makin miris melihatnya. Dia menjalani beberapa kali pembedahan di rumah sakit itu. Uang lebih dari seratus juta sudah dikeluarkan, tapi kondisinya masih begitu-begitu saja. Belakangan diduga kalo Yosia mengalami malpraktek di rumah sakit itu. Akhirnya Yosia dipindahkan ke rumah sakit lain. 

Yang membuatnya makin tertekan adalah dari perusahaan tempat dia bekerja tidak memberikan santunan apapun (padahal dia mengalami kecelakaan pada jam kerja). Bahkan menengok pun tidak, hanya beberapa teman kerjanya saja yang datang menengok.

Teman-teman gereja termasuk gw turut menggalang dana, mencoba membantu meringankan bebannya. Dana yang terkumpul sekitar tigapuluh jutaan lebih langsung kami serahkan pada keluarga Yosia. Kami bergantian datang menengok di bulan-bulan pertama Yosia dirawat, hingga dia dirawat jalan. Terakhir gw dan Andrew menengok dia di rumahnya pertengahan Oktober 2012. Yosia mengalami nekrosis, yaitu sebagian sel jaringan kulit dan daging di kaki kirinya mati. Hingga menyebabkan luka terbuka. Katanya sih sampai-sampai tulang dan logam pen-nya juga terlihat. Tapi waktu itu sih gw ga ngeliat coz kakinya dibalut dengan perban. Beberapa kali dokter mencoba membuat jaringan kulit baru dari bagian tubuh Yosia yang lain. Tapi gagal. Jadi, katanya dokter memutuskan untuk membiarkan dulu nekrosis itu dan lebih memprioritaskan kesembuhan tulangnya dulu.

Kemudian lama-kelamaan kami disibukkan dengan kegiatan kami masing-masing. Hingga keadaan Yosia pun sedikit terlupakan.
Yang gw salut dari Yosua adalah, dia selalu menuliskan kata-kata optimis di setiap status facebook yang dibuatnya.

Malam itu lalu gw menyapa dia;

Farrel: “Belom tidur, Yos?”
Yosia : “Belom, Ko. Sejak sakit jam tidur saya jadi ga bener. Siang Jadi malam, malam jadi siang.”
Farrel: “Gimana kondisi kamu sekarang?  Sudah jauh lebih baik?”
Yosia: “Puji Tuhan, Ko. Perkiraan dokter sekitar 5 bulan lagi sembuh.”

Wow betapa tabahnya dia!! padahal dia sudah setahun terbaring tak berdaya. Tapi dia tetap punya semangat. Lalu kami pun terlibat obrolan-obrolan lainnya malam itu.

Hari Kamis sore keesokan harinya, gw menerima sapaan via whatsapp dari Andrew;

Andrew: ”Ko, sudah tau kondisi terakhir si Yosia?”
Farrel   : “Kemaren malam sih sempet chat sama dia, katanya udah lumayan membaik.”
Andrew: “Waktu hari minggu sih dia datang ke gereja pake tongkat.”
Farrel   : “Syukurlah, kalo kondisinya membaik mah.”
Andrew: “Sebenarnya, keadaannya masih memprihatinkan, Ko.”
Farrel   : “Kenapa gitu?”
Andrew:“Ini foto yang di-bbm-in isterinya Yosia, kemaren.” (Andrew mengirim file foto kondisi kaki Yosia yang mengalami nekrosis).
Farrel   : “Ya, ampuun!!! jadi selama hampir 10 bulan lukanya dibiarin terbuka kaya gini?”
Andrew: ”Iya, Ko. Kasihan ya...”
Farrel   : “Ngeri ah liatnya juga...”
Andrew: “Iya, ngilu banget liatnya.”
Farrel   : “Btw, foto ini balas dendam foto mayat kemaren ya? Biar koko ngeri ya? he he he...”
Andrew: “wkwkwk... ga balas dendam kok, biar impas aja ha ha ha... foto horor VS foto bikin ngilu bin ngeri.”
Farrel   :”Dasar!!! ha ha ha...”

Foto kaki Yosia yang mengalami nekrosis

Sebenernya obrolan pribadi ini, ga ada maksud menjadikan musibah orang lain sebagai bahan candaan atau tertawaan, lho. Tapi dasar otak gw aja yang bawaannya happy mulu he he he...

Jumat, tanggal 2 Agustus 2013 kami main badminton bareng lagi. Tapi anehnya, kok teman-teman gw pada cepet pulang?? Pas ditanya pada jawab; “ga mau terlalu capek”. Ini teh ga mau terlalu capek karena takut kena serangan jantung kaya si Theo atau ga mau pulang terlalu malam, takut diajak main badminton sama si Theo? he he he... Selidik punya selidik, ternyata jawaban yang kedua yang benar. Halah!!! Teman-teman gw ternyata pada takut hantu he he he...

Conclusion:
Ada ayat yang mengatakan: “Hati yang gembira adalah obat yang paling manjur. Tetapi semangat yang patah, mengeringkan tulang”. Sikap optimis mendatangkan harapan baru, sekalipun masalah berat terasa menghimpit. Sementara sikap pesimis, memporak-porandakan segala harapan yang masih tersisa.