Senin, 04 Mei 2009

Persahabatan Bagai Kepompong...

Buat gw Daffa adalah sahabat terbaik gw di dunia gay. Orangnya bawel, sensi, mudah emosi jiwa, jutek, kadang agak selfish, shopaholic, celetukannya bisa bikin kuping merah (yg ini mah kayanya ketularan dari gw dech he he he…). Tapi dia orangnya care bgt, enak diajak ngomong, bisa bikin suasana jd rame, solider, kadang bijak kadang gila he he he.., pinter padu padan baju, parno sama yang horor-horor (gw suka sengaja bikin dia makin parno he he he…), barbie maniac, jago bikin kue, suaranya keren (apalagi kl udah nyanyi lagu dangdut hmmmm… pokoknya ga ada lawan dech). Kayanya kalo gw disuruh nyeritain tentang kepribadian dia yang ‘ajaib’ itu, ga akan habis dalam 7 hari 7 malam dech he he he…

Sudah hampir 5 tahun gw sahabatan sama dia, banyak pengalaman gila yang kami lalui bersama, termasuk pasang surut hubungan kami. Secara fisik kami ga terlalu sering ketemu. Mungkin karena jarak yang memisahkan kami, gw di ujung sini sementara dia nun jauuuuuh di sana he he he… Tapi itu bukan patokan untuk mengukur seberapa dalam kualitas relationships kami.

Daffa berasal dari keluarga yang agamis, tapi dia orangnya open minded dan ga fanatik. Dia sunda muslim dan gw chinese nasrani, tapi hal itu ga pernah jadi kendala dalam persahabatan kami. Karena kami ga suka mempermasalahkan hal-hal yg berbau sara... tapi suka ilfeel sama yang berbau ketek atau bau jempol mah hi hi hi… (gubrakkk… apa hubungannya ya?).

Salah satu yang unik tentang Daffa adalah, dia terlahir sebagai anak kembar. Yup, dia punya kembaran, namanya Daffi. Secara fisik sih mirip tapi beda style. Adiknya cowok banget, sementara Daffa princess banget he he he… Suaranya juga mirip lho, kalo lewat telpon gw sering dibuat bingung ngebedain antara suara Daffa dan Daffi. Mereka kembar, tapi mereka ga kompak dalam hal orientasi seks he he he.... Yang satu suka cewek cantik, sementara yang lainnya suka cowok ganteng he he he... O iya, tepat sebulan kemarin, adiknya menikahi seorang gadis. Sebelum menikah, adiknya dengan hati-hati mengajak Daffa bicara;
“Daffa… hmm ..hhmm ad…ada yang mau gw omongin…” terbata-bata.
“Apaan sih?!! ngomong aja!!…” Sahut Daffa (dengan intonasi jutek ibu tiri he he he…).
“Sebenernya, gw ga enak ngomongnya nih…” sambung adiknya.
“Ya,dibikin enak aja atuh!!” masih dengan nada jutek.
“ehhmmhh… gini.. ehmmm giniiii…”
“Aduh ribet amat sich? To the point aja lah!” Daffa kehilangan kesabaran.
“Gw mau… mau minta ijin sama loe… bulan depan gw mau married. Sebagai adik, gw ga enak kalo harus melangkahi loe sebagai kakak…” Lanjut Daffi.
“Aduh gitu aja repot!!! Nikah ya nikah aja!!! Sok rariwueh maneh mah!!!” kata Daffa dengan enteng.
“Iya, gw ga enak aja harus ngeduluin loe nikah. Tapi, kalo nunggu-nunggu loe juga kayanya bakal kelamaan, karena sampai sekarang loe belom keliatan punya cewek....”
(ya eyaaaa laaahhh sampai lebaran lutung juga ga akan punya cewek, coz ga nyari-nyari cewek sih hi hi hi…).
“Stop, stop, stooop!! Gw udah ngerti kelanjutannya… ga usah ngebahas yang ga penting!!. Intinya loe minta ijin gw nikah kan? Ya udah nikah sana…” Daffa memotong pembicaraan.

Kembali ke masalah tentang persahabatan kami. Sebenernya awal persahabatan kami, sangat klise sih. Diawali dengan chatting dan akhirnya ketemuan di depan salah satu LPK di jalan Pasirkaliki Bandung. Lalu gw ajak dia berenang di salah satu kolam renang yang terletak di jalan Setiabudi. Pulangnya gw dan Daffa nekat ke lembang padahal hari sudah malam, cuma sekedar buat makan Ayam Brebes doang trus balik lagi.

Kami brerdua naik motor padahal dia ga pake jaket. Mulai dari situ hubungan dan komunikasi kami terjalin dengan baik. Pada awalnya Daffa ada ‘perasaan’ sm gw. Tapi entah kenapa, gw ngerasa kalo gw dan Daffa lebih baik bersahabat aja, tanpa dibumbui dengan cerita asmara.

Bersama berjalannya waktu, akhirnya kami masing-masing punya BF. Tapi hal itu tak mengurangi intensitas hubungan persahabatan kami. Jangan salah sangka dulu ya, hubungan kami murni persahataban bukan TTM –an atau pun selingkuhan.
O, ya seperti yang gw ceritakan di blog postingan sebelumnya, gw juga punya sahabat brondong yang bernama Ronald. Kronologisnya, gw ketemu sama Daffa dulu, baru beberapa bulan kemudian gw ketemu sama Ronald. Secara terpisah, gw bersahabat dengan Daffa, dan gw juga bersahabat dengan Ronald. Setelah sekian lama, gw bersahabat dengan mereka masing-masing. Akhirnya gw mempertemukan Daffa dan Ronald.

Sungguh aneh bin ajaib, pada awal pertemuan mereka, mereka sama-sama saling tidak interest. Saling jutek-jutekan. Tapi sekarang mereka bisa bersahabat. Malah lengket banget, bagai permen karet nempel di sandal jepit he he he… Jadilah kami 3 sahabat. Kami sahabatan bertiga bukan dengan maksud meniru, apa lagi mau menyaingi: 3 Diva, AB Three, RSD, Trio Libels, Trio Kwek Kwek, Molucas, Lex’s Trio (idiiiih jadul pisan he he he…), Bimbo (makin jadul he he he..) atau pun Trio Macan lho ha ha ha… Tapi bener-bener nge-flow aja.

Pesahabatan sejati itu ga afdol kalo ga melewati ujian. Seperti emas, akan muncul kemurniannya setelah dibakar dan ditempa. Persahabatan kami juga mengalami pasang surut. Mengalami berbagai masalah dan gesekkan. Mulai dari miss understanding, tersinggung perkataan pedas, bercanda yang berebihan, marah-marahan dll. Tapi setelah mengalami semua kejadian itu, justru kami makin melihat ‘kilau’ persahabatan kami.

Pernah suatu ketika, Daffa punya sahabat lain dan membentuk Gank Biwir Bahe (B. Sunda: Bibir Tumpah, karena ketuanya berbibir seksi he he he…). Daffa sepertinya asyik dengan dunia barunya, dan lupa dengan persahabatan kami. Gw dan Ronald bener-bener merasa kehilangan dia. Hubungan kami dan Daffa saat itu bener-bener lagi diuji. Komunikasi yang tidak lancar, membuat hubungan kami makin buruk.

Ternyata persahabatan Daffa dengan Gank Biwir Bahe ga berlangsung lama. Dia mulai ga nyaman dengan teman-teman barunya itu. Dia menyadari persahabatan dengan Gank Biwir Bahe adalah cuma persahabatan yang semu. Dia kembali lagi kepada kami dan menyadari kalo kamilah sahabat sejati, yang mau menerima dia apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Seperti lyric lagu sindentosca mengatakan: persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Yup, semua akan indah pada waktunya. Buat Daffa dan Ronald, from the bottom of my heart: Thank’s sudah mau jadi sahabat yang mewarnai hidup gw… I Love U All…

Conclusion:
Terkadang kita terpukau dengan indahnya kilau warna pelangi, tanpa menyadari bahwa pelangi hanyalah bias semu. Karena pemilik cahaya sejati adalah matahari. Jadi bijaklah dalam memilih sahabat.

1 komentar:

  1. persahabatan memang seperti emas, akan muncul kemurniannya setelah dibakar dan ditempa.
    baca kutipan itu, aku jadi makin sayang dengan sahabatku, makasih yahh.. untuk kutipan kata2nya
    makin membangkitkan gairah aku untuk lebih menyayangi sahabatku..
    salut buwat kamu.. ***

    BalasHapus