Minggu, 16 Mei 2010

Me And The River

Dalam catatan sejarah, sungai tidak bisa dipisahkan dari peradaban manusia. Sungai sering dianggap sebagai salah satu sumber kehidupan. Begitu juga dalam kehidupan gw, sungai punya catatan dan kenangan tersendiri di benak gw.
Gw dibesarkan di daerah kota kabupaten yg dialiri sungai. Sejak kecil gw sangat akrab dengan sungai, seringkali gw harus sembunyi-sembunyi, untuk bermain atau sesekali berenang di sungai. Coz kalo ortu gw tau, pasti gw akan dimarahi habis-habisan. Buat gw sungai mengandung unsur magis dan erotis.
Magis: karena gw sering merasakan suatu misteri tersembunyi di tiap alirannya, apa lagi kl ada gedebok pisang bekas tempat memandikan mayat yang sengaja dihanyutkan... pasti bikin bulu kuduk gw merinding (even gw ga percaya keberadaan dunia gituan).
Erotis: karena sewaktu kecil gw sering sengaja main di sungai hanya untuk cuci mata, melihat tubuh-tubuh pria telanjang yang tengah asyik membersihkan tubuhnya alias mandi. Masih tergambar jelas dalam ingatan gw tubuh-tubuh telanjang penambang pasir, tukang becak, kuli bangunan dan bapak-bapak tetangga gw. Otot-ototnya terpahat indah menghiasi tubuh mereka yang berkulit gelap. Suatu pahatan alami akibat pekerjaan berat yang selalu mereka jalani... wuiiiihhh... Gw selalu merinding dan jantung gw bedegup kencang saat mencuri-curi pandang melihat benda-benda bergelantungan indah di selangkangan pria-pria jantan itu he he he...

Waktu kelas 6 SD, gw ikut camping bersama teman-teman cowok padepokan bela diri, tempat gw biasa berlatih. Kami berkemah di tepian sungai berarus deras dan berbatu-batu. Kegiatan mandi dan cuci sudah pasti dilakukan di sungai itu. Dan lagi-lagi gw dengan ‘terpaksa’ (lho? he he he... ) harus menikmati pemandangan indah tubuh cowok-cowok telanjang dengan kemaluan yang baru ditumbuhi bulu-bulu halus. Tapi tak sedikit juga yang bulunya sudah lebat, terutama kakak-kakak senior. Bahkan para pelatih kami pun dengan sukarela mandi berbugil ria he he he...
Seorang senior yang umurnya 5 tahun diatas gw, sebut saja namanya Yusuf. Dia mencuri perhatian gw karena tubuhnya atletis, dadanya bidang, perutnya sixpack, berkulit gelap, dan Mr P nya yg berukuran big size dihiasi bulu-bulu yang lebat (seingat gw waktu itu ukurannya diatas rata-rata punya kami semua).
Yusuf orangnya baik, berasal dari keluarga sederhana. Bapak dan semua kakak laki-lakinya berprofesi sebagai tukang becak dan sesekali jd kuli pikul (profesi ini pulalah yang sekarang jadi pekerjaan Yusuf sehari-hari). Keluarganya memang kurang mementingkan pendidikan formal. PendidikanYusuf hanya terhenti di kelas 3 SD.
Tapi diluar itu semua, Yusuf punya pesona tersendiri di mata gw. Dia sosok pria jantan yang sempurna secara fisik. Warna kulit Yusuf paling gelap diantara kami semua, sementara warna kulit gw adalah yang paling terang (karena gw keturunan chinese).
Waktu gw dan beberapa teman gw dapat giliran tugas mencuci peralatan makan di pinggiran sungai, Yusuf menghampiri gw sambil tersenyum.
“Wah rajin euy, padahal di rumah mah ga pernah nyuci kan?” Yusuf membuka obrolan.
“Hmmm... iya sih...Kak. tapi gpp kok” sahut gw sambil tersenyum.
“Farrel, kamu tidur ditenda berapa?” tanyanya.
“Tenda 3, Kak.” Jawab gw.
“Wah sama tuh, ya sudah tar tidurnya disebelah kakak aja, ya.” dia menyahut.
“Iya, Kak” jawab gw singkat, padahal dalam hati gw bersorak kegirangan he he he...
Setelah menghabiskan waktu seharian dengan berbagai kegiatan, tibalah waktunya kami untuk beristirahat. Gw melongok ke dalam tenda dan melihat sudah ada 7 orang didalamnya, termasuk Yusuf yang sedang memakai kain sarung.
“ Sini Farrel, Kakak sudah siapin tempat buat kamu.” Sahutnya.
“Iya, Kak.” Jawab gw.
“Kakak tidur di pinggir tenda, kamu disebelah kakak ya. Biar ga kedinginan kena angin dari luar.”
“Wah, Kak Yusuf baik banget.” Kata gw polos. Dia hanya tersenyum menampakan gigi-gigi putihnya yang tersusun rapi.
Gw membaringkan diri disebelah Yusuf. Gw hanya memakai sweater dan celana panjang berbahan fleece untuk melindungi diri dari dinginnya angin malam. Setelah puluhan menit berlalu, mata gw ga bisa terpejam juga. Hawa dingin menusuk sampai ke tulang. Sialnya, gw lupa tidak membawa selimut dari rumah. Di luar sana terdengar suara arus sungai yang deras di kegelapan malam.
“Ga bisa tidur ya?” bisik Yusuf di telinga gw. Dia memelankan suaranya agar teman-teman yg sedang terlelap tidak terganggu.
“Iya, Kak...” jawab gw sambil berbisik juga.
“Kenapa? Kedinginan ya?” tanyanya.
Dan gw hanya mengangguk.
“Sini kakak peluk, biar hangat” Lalu Yusuf memeluk tubuh kecil gw dari belakang, tanpa menunggu persetujuan dari gw. Tubuh gw dihangatkan pelukan tubuh Yusuf yang kekar.
Walaupun tubuh gw sudah nyaman dan hangat, tapi gw ga bisa tidur juga. Pikiran gw melayang dan jantung gw berdegup kencang. Sementara Yusuf sudah tertidur pulas. Gw merasakan, benda pribadi Yusuf mengeras di pinggang gw... ohhh... besar dan tegang... benda milik Yusuf menonjol dari balik kain sarungnya, terasa hangat menempel di tubuh gw. Gw memberanikan diri memegang burungnya. Ternyata dia hanya memakai sarung tanpa celana dalam.... wuiiiiihhh... (kesempatan neh wkwkwk...) Gw berbalik, dan tidur menyamping berhadap-hadapan dengan Yusuf. Yusuf terbangun sesaat, dan kembali memeluk gw. Lalu gw membalas pelukannya... Tubuh gw menggigil...
“Masih kedinginan ya...?” suara Yusuf mendesis, dengan mata setengah terpejam. Antara di dunia nyata dan mimpi.
Lagi-lagi gw hanya mengangguk.
“masuk aja ke dalam sarung kakak...” Ucapnya lirih.
Gw pun masuk ke dalam kain sarung Yusuf. Kemudian gw dan Yusuf berpelukan lagi. Dan kini benda milik Yusuf itu menempel ditubuh gw tanpa terhalang apa-apa lagi.
Setelah Yusuf tertidur lelap, gw memberanikan diri menyentuh benda milik pribadinya. Terasa keras, berurat, hangat, dan ujungnya basah. I love this moments!!! Sepanjang malam sampai pagi menjelang, tangan gw ga pernah lepas menggenggam benda itu. Benda hitam, besar, tegang, dan berbulu lebat. Benda yang menunjukkan kejantanan Yusuf...
Yusuf mungkin hanya menganggap gw seorang bocah kecil yang polos dan ga ngerti apa-apa... syukurlah... huft.

Conclusions:

Tanpa disadari, tanpa direncanakan... semua terjadi begitu saja. Hanya naluri yang berbicara... naluri homo... he he he... Kemesuman itu terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena ada kesempatan... Waspadalah!! Waspadalah!!! (Bang Napi mode on qiqiqi...).

10 komentar:

  1. Huwaaa... serius lo! 6SD?! Gwe merasa orang yang udah tahu orientasi seksualnya sejak kecil adalah orang yang beruntung... Gwe baru nyadar gwe suka sesama setelah dewasa... telat -_-"

    BalasHapus
  2. really really like this story! :P

    BalasHapus
  3. @bybyq: sadarnya emang dah dari kecil, tapi gw meleteknya telat bgtz. kaya buah mungkin mateng di pohon atau kaya duren jatuhan he he he...
    @apisindica: thx bro. gw masih terus belajar & menggali kisah lama untuk diceritain (kuburan kali pake digali segala... wkwkwkwk...)

    BalasHapus
  4. Iya.. still, farrel... gwe yakin kalo digali gwe pasti punya pengalaman kaya gitu, tapi gwe nggak sadar... jadi gwe meleteknya lebih telat lagi deh... hihihi...

    BalasHapus
  5. @bybyq: betul bro, semua orang punya masalah dan masa lalu. ada yg sama, ada yg berbeda. ga masalah meletek lebih cepat atau lebih lambat. hanya satu kalimat dr gw: welcome to the club!!! he he he...

    BalasHapus
  6. setelah perkemahan selesai adakan dating2 khusus berdua dengan yusuf? atau skrng malah jadi sering naik becaknya yusuf? qiqiqiqiqiiiii

    BalasHapus
  7. @fai: ga ada kelanjutannya. dulu sih kalo ke gereja aku suka naik becak dia... he he he... sekarang sudah lama ga pernah ketemu lagi coz kami beda kota.

    BalasHapus
  8. kok lu bisa seberuntung itu sih?!!!

    BalasHapus
  9. Hihi... Critanya lucu, imut, nakal.

    BalasHapus
  10. @luke!: kan aku pasang tampang polos, jadi aku disayang semua orang ha ha ha...
    @bedjo: itulah karakter gw yg sebenarnya he he he... (smg km ga muntah bacanya wkwkwkwk...)

    BalasHapus