Sebenernya
kejadian ini udah agak lama. Tulisan ini pun sudah selesai dibuat beberapa hari
setelah kejadiannya. Tapi ga gw posting-posting.
Sebuah kejadian yang menggiring gw sampai ke titik,
dimana harga diri gw sebagai seorang gay merasa terusik. Gw akan ceritakan
kronologisnya...
Gw
sebenarnya sudah kenal lama dengan seseorang, sebut saja namanya Rahman.
Kejadian klasik dimana gw kenal sama Rahman via chatting di MIRC. Hubungan baik
pertemanan pun berlanjut di YM dan FB. Rahman seorang pemuda asli Bogor berumur
24 tahun, di FB nya dia hanya memasang beberapa pic. Dari sedikit foto
miliknya, gw bisa menilai dia cukup cakep. Dan lewat percakapan kami via chat,
gw bisa menangkap kalo dia orangnya cukup pintar, tapi agak tertutup, pendiam,
dan kurang percaya diri. Lebih dari 6 bulan kami berhubungan hanya secara
online.
Dua bulan
yang lalu, tepatnya malam minggu, gw ketemu lagi dengan dia di FB, dan
sepakatlah gw dan Rahman untuk ketemuan malam itu.
Dengan
bekal alamat yang dia kasih, gw pun meluncur ke tempat kost dia. Tempatnya yang
cukup terpencil lumayan jauh dari rumah gw. Gw sempet 2 kali tersesat salah
jalan. Tempat kost Rahman terletak di daerah pinggiran Bandung yang sepi dan
gelap, dengan sawah terbentang luas di kanan kiri jalan.
Setelah
melalui itu semua, akhirnya gw sampai juga di tempat Rahman tinggal. Sosoknya
kecil, kurus, berkacamata tebal dan memakai jumper hitam bercorak khas distro.
Jujur sosok wajahnya sangat berbeda jauh dengan foto yang dia pajang di FB.
Wujud aslinya lebih kuyu, kulit muka dipenuhi luka parut bekas jerawat, rambut kusut, dan kelihatan jauh lebih tua
dari fotonya di FB (entah editannya bagus, atau itu foto koleksi lama?). Ga ada
menarik-menariknya sama sekali he he he....
Gw pun
diajak masuk ke tempat kostnya, yang sangat sepi karena sebagian penghuninya
sedang menghabiskan malam minggu di tempat lain. Rahman menempati sebuah kamar
sederhana berukuran 3X2 meter, sedikit redup, dan ada beberapa bagian
dindingnya yang retak. Di kamarnya hanya terdapat tempat tidur sederhana ukuran
single, lemari kecil dengan dispenser bertengger diatasnya. Tidak ada tv atau
pun peralatan elektronik lainnya. Disana hanya ada sebuah laptop yang selalu
menyala sepanjang gw ada disana.
Disana gw
dan Rahman hanya mengobrol saja dan tidak ada kontak fisik apapun, coz selain
secara fisik gw tidak tertarik, Rahman juga
jauh lebih pendiam, daripada waktu kami chat atau pun sms. Sepanjang obrolan,
Rahman seperti selalu menghindari eye contact dengan gw (katanya sih orang yang
tidak berani bertatapan mata waktu berkomunikasi, adalah orang yang kurang
punya rasa percaya diri).
Dan dari
obrolan malam itu, gw jadi tahu. Ternyata Rahman bekerja sebagai editor buku
anak-anak di salah satu penerbit yang cukup besar. Dia juga menyukai film-film
berthema suram, yang mengumbar kesadisan dan semburan darah dimana-mana. Dia
memamerkan beberapa koleksi film hasil downloadan yang ada di laptopnya.
Dari
obrolan itu pula, gw jadi tahu; ternyata banyak hal apa yang dia sukai sangat
bertolak belakang dengan apa yang gw sukai. Salah satunya jenis film, musik,
buku dan lain-lain. Tapi yang paling menonjol waktu kami membahas tentang novel
berthema gay. Gw bilang kalo menurut gw salah satu buku terbaiknya adalah buku Lelaki
Terindah karya Andrei Aksana dan Supernova karya Dewi Lestari.
Trus
dia menyahut;
“Lelaki
Terindah bukunya jelek, pengarangnya juga tidak berkualitas. Di buku Supernova,
Dewi Lestari terlalu maksa dan terkesan mau
menonjolkan diri kalo dia itu pintar”.
“Emang
berapa kali kamu baca Lelaki Terindah? Dan berapa buku Andrei Aksana yang
pernah kamu baca?” tanya gw.
Dengan
santainya dia bilang:
“Tidak
pernah baca dan tidak satu pun!!” jawabnya lugas.
“Kalo buku
Supernova-nya Dewi Lestari?” tanya gw lebih lanjut.
“Cuma baca
2 bab, keburu males.”
“Nah lho,
kok bisa menilai begitu?? Mana bisa kamu
menilai buruk, sementara kamu tidak tau isinya...?” Tanya gw.
“Feeling
aja!” jawabnya singkat tanpa ekspresi.
“Hah!!!” gw
hanya melongo keheranan. Sambil ngomong dalam hati “kok ada ya orang kaya gitu?
ck ck ck...”
Kesimpulan
yang gw dapat dari pertemuan malam itu, gw menilai kalo Rahman itu orangnya:
ANEH!!! he he he... Lalu gw pun pamit pulang, kuatir jangan-jangan dia psikopat
he he he... (www.lebay.com wkwkwk...).
O ya, dari
pertemuan itu gw juga baru tau kalo dia ternyata seorang blogger juga. Bahkan
dia termasuk orang yang sangat produktif dalam menulis.
Mulai dari
saat itu gw selalu mengikuti semua yang Rahman posting.
Sampai
suatu saat dia memposting tulisan berthema tentang Gay dan segala tektek
bengeknya (sayang postingannya sudah dihapus sama dia). Sebetulnya gw ga
terlalu mempermasalahkan kalo dia menulis secara berimbang tanpa memojokan kaum
gay. Yang membuat gw sebal, disitu dia menulis kalo dia itu seolah-olah
straight dan memandang rendah kaum gay. Disitu dia menulis dan beropini hal-hal
buruk tentang gay. Pokoknya kalimat-kalimatnya sangat tendensius. Gw paling
benci sama orang munafik, lebih-lebih lagi pada orang yang menjelek-jelekan
kaumnya sendiri. MALING teriak MALING!!!
GAY teriak GAY!!!
Foto diambil dari http://www.homotography.blogspot.com/ |
Tak cukup
sampai disitu, ternyata dia juga memposting tulisan lainnya tentang gay juga,
yang berjudul: ‘Dikira Kucing Berkeliaran di Mall’. Dalam postingan itu dia
menulis seolah-olah gay itu predator sex, dan selalu mencari mangsa dengan
berbagai cara. Mulai dari ngintipin orang kencing, sampai memburu mangsanya
dengan mengiming-imingi imbalan uang. Wah wah wah... gw jadi makin emosi neh he
he he...
Beberapa
hari berselang gw ketemu chat lagi sama dia di FB, dan inilah isi dari
percakapan gw dan Rahman. Gw copy paste semua percakapannya.
Rahman: hai
Farrel : lagi apa?
Rahman: diem
u?
Farrel : nonton tv, sambil chat
aku ngikutin blog km terus lho…
Rahman: makasih
komennya cuma sekali ya
Farrel : iya seringnya cuma baca doang
silent reader he he he
Rahman: :)
Farrel : btw, aku cuma kurang sreg kalo kamu nulis menjelek-jekkan kaum
gay. tulisan yg lain sih bagus"
Rahman: kata-kata sudah dipilih seaman mungkin
contoh: tidak menggunakan kata maho, tapi gay
Farrel : tapi cukup menyudutkan, dan menggiring orang beropini buruk
contoh: tidak menggunakan kata maho, tapi gay
Farrel : tapi cukup menyudutkan, dan menggiring orang beropini buruk
tentang gay
Rahman: blog bukan media massa
mereka sadar itu cerita dari sudut pandang personal
yang baca blog saya juga dikit
tulisan blog bukan kajian profesional
Farrel : memang, tapi ya kok sedih aja, ada gay menjelek-jelekkan
Rahman: blog bukan media massa
mereka sadar itu cerita dari sudut pandang personal
yang baca blog saya juga dikit
tulisan blog bukan kajian profesional
Farrel : memang, tapi ya kok sedih aja, ada gay menjelek-jelekkan
kaumnya sendiri
Rahman: saya tidak menjelek-jelekkan siapapun. itu adalah asumsi
Rahman: saya tidak menjelek-jelekkan siapapun. itu adalah asumsi
pembaca.
selalu ada kesimpulam di akhir yang dilewatkan sebagian
selalu ada kesimpulam di akhir yang dilewatkan sebagian
pembaca.
Farrel : kalo bukan dari diri kita sendiri yang menghargai, sama siapa lagi
Farrel : kalo bukan dari diri kita sendiri yang menghargai, sama siapa lagi
coba?
Rahman: siapa yang menghargai siapa?
Farrel : tentang orientasi sex kita
Rahman: saya menghargai orang dengan orientasi seks jenis apapun
Farrel : kamu menulis seolah" km str8 (menulis dr sudut pandang bukan
Rahman: siapa yang menghargai siapa?
Farrel : tentang orientasi sex kita
Rahman: saya menghargai orang dengan orientasi seks jenis apapun
Farrel : kamu menulis seolah" km str8 (menulis dr sudut pandang bukan
gay)
Rahman: tulisan saya lahir bukan karena tuntutan siapa-siapa.
suka silakan, tidak suka silakan
Farrel : mungkin tulisan km lahir untuk menutupi diri sendiri.
kalo orang laen yang bukan gay yg nulis begitu mungkin aku ga
Rahman: tulisan saya lahir bukan karena tuntutan siapa-siapa.
suka silakan, tidak suka silakan
Farrel : mungkin tulisan km lahir untuk menutupi diri sendiri.
kalo orang laen yang bukan gay yg nulis begitu mungkin aku ga
terlalu peduli
Rahman: tidak semua orang punya empati yang sama
sebagian mengedepankan ego dan tidak mau mengerti posisi
dan mengaku membela 'kaumnya'
padahal cuma mentingin ego
melahap bacaan tanpa ada filtrasi
hargai sudut pandang
Rahman: tidak semua orang punya empati yang sama
sebagian mengedepankan ego dan tidak mau mengerti posisi
dan mengaku membela 'kaumnya'
padahal cuma mentingin ego
melahap bacaan tanpa ada filtrasi
hargai sudut pandang
privasi
Farrel : kalo kamu mau dihargai, sebaiknya kamu jg menghargai
perasaan orang lain (yg kamu tulis). aku cukup terluka
kamu mengumbar masalah itu ke publik
aku cuma usul, sebaiknya kamu jangan menulis tentang hal itu lagi
aku cuma usul, sebaiknya kamu jangan menulis tentang hal itu lagi
Rahman: saya memburamkan identitas
saya nggak menyuruh baca ulang itu artikel. tapi sudah jelas ada
saya nggak menyuruh baca ulang itu artikel. tapi sudah jelas ada
kata-kata 'tidak semua gay seperti itu (negatif')
Farrel : Tapi yang kamu tonjolkan kan yang jelek-jeleknya.
Farrel : Tapi yang kamu tonjolkan kan yang jelek-jeleknya.
kamukah salah satunya? he he he…
Rahman: sama aja kayak fansnya Agnes Monica tersinggung lantaran saya
Rahman: sama aja kayak fansnya Agnes Monica tersinggung lantaran saya
kritik Agnes. padahal tujuan saya bukan menjatuhkan Agnes.
begitulah persamannya
Farrel : ya ga gitu juga konteksnya: kalo bicara soal Agnes.
Farrel : ya ga gitu juga konteksnya: kalo bicara soal Agnes.
Ibaratnya kamu menjelek-jelekkan Agnes Monica padahal kamu
sendiri fans beratnya dia.
Kamu gay dan menulis kejelekan-kejelekan gay.
Rahman: maaf bukan fans berat
Farrel : itu kan pengibaratan!
Rahman: coba lapangin pikiran dan jangan baca komentar-komentar.
banyak silent reader yang open minded
Farrel : aku setuju komen di blog km yg bilang: maling teriak maling, gay
Farrel : itu kan pengibaratan!
Rahman: coba lapangin pikiran dan jangan baca komentar-komentar.
banyak silent reader yang open minded
Farrel : aku setuju komen di blog km yg bilang: maling teriak maling, gay
teriak gay.
Rahman: komentar-komentara di artikel saya orangnya itu-itu aja
dan bukan perwakilan suara banyak orang
ya sudah, serang saya secara personal kalau itu bikin mereka puas
niat saya supaya gay yang nggak sopan menjadi sopan
Farrel : ok
Rahman: ;p
entah siapa, tapi komen anonim itu tetap saya hargai.
Farrel : ya
sebenernya aku bisa aja berkomentar pedas disana, cuma aku
Rahman: komentar-komentara di artikel saya orangnya itu-itu aja
dan bukan perwakilan suara banyak orang
ya sudah, serang saya secara personal kalau itu bikin mereka puas
niat saya supaya gay yang nggak sopan menjadi sopan
Farrel : ok
Rahman: ;p
entah siapa, tapi komen anonim itu tetap saya hargai.
Farrel : ya
sebenernya aku bisa aja berkomentar pedas disana, cuma aku
menghargai kamu, karena kamu udah jadi teman buat aku.
Rahman: terima kasih
suara kamu sudah terwakili
dan tidak saya hapus
saya cuma nulis
ga peduli disukai atau ga disukai
;p
Farrel : baiklah kalo begitu...
tulisan itu terkadang jauh lebih tajam dari pedang manapun
Rahman: pedang sangat bisa dipastikan tajamnya
tapi tulisan, itu bisa jadi pedang bagi orang perasa dan sensitif
tapi hanya akan jadi pedang tumpul dan berbahan plastik bagi
Rahman: terima kasih
suara kamu sudah terwakili
dan tidak saya hapus
saya cuma nulis
ga peduli disukai atau ga disukai
;p
Farrel : baiklah kalo begitu...
tulisan itu terkadang jauh lebih tajam dari pedang manapun
Rahman: pedang sangat bisa dipastikan tajamnya
tapi tulisan, itu bisa jadi pedang bagi orang perasa dan sensitif
tapi hanya akan jadi pedang tumpul dan berbahan plastik bagi
yang berjiwa besar
Farrel : jadi sampai kpn kamu akan jadi orang munafik? Upppsss!!!...
Farrel : jadi sampai kpn kamu akan jadi orang munafik? Upppsss!!!...
he he he…
ok dech aku hargai, kamu menjadi diri kamu sendiri he he he...
ok dech aku hargai, kamu menjadi diri kamu sendiri he he he...
Rahman: Ternyata tidak dewasa seperti kelihatannya he he he…
Farrel : Ternyata kamu juga tidak sepintar yang aku kira wkwkwk...
Rahman: Aku ngantuk, mau bubu...
Farrel : Bye...
Farrel : Ternyata kamu juga tidak sepintar yang aku kira wkwkwk...
Rahman: Aku ngantuk, mau bubu...
Farrel : Bye...
Dia
buru-buru menutup percakapan, mungkin buat menghindari serangan gw he he he...
Dari
percakapan itu, makin keliatan betapa arogannya seorang Rahman kan? he he he...
Jujur gw
makin eneg... Punya sikap itu bagus, mempertahankan pendapat sendiri juga sangat
bagus, tapi pertimbangkan juga pendapat orang-orang disekitar kita. Cobalah
menulis dengan hati biar tak ada yang tersakiti. Cobalah menulis dengan tidak
munafik, jangan membeberkan kejelekan gay yang notabene adalah kaumnya sediri.
Selang 3
hari dia memposting lagi tulisan tentang: “Tips Ngeblog Ala Rahman” yang di
point ke 17 jelas banget menyindir gw dan makin menjunjukkan kearoganannya he
he he.... What ever Rahman!!!
Btw, entah
kenapa waktu gw cari, tiga postingan Rahman yang gw maksud itu, sekarang sudah
tidak ada lagi. Mungkin sudah dihapus, entah karena dia sadar atau gara-gara
dapat teror he he he...
Conclusion:
Berhati-hatilah,
jika kita sudah merasa benar sendiri, artinya kita sesungguhnya sudah jauh dari
yang namanya kebenaran.
Katanya nih ya, justru orang-orang seperti Rahman itu yang malahan paling ribut kalau soal mojok-mojokin. "In denial" mungkin kata yang tepatnya? Hehe
BalasHapusDan lagi, gue sebel ya pas tahu soal pembelaan dia mengenai tulisannya. Memang setiap orang yang baca tulisan seorang blogger pasti punya pengertian yang berbeda-beda. Tapi sebagai seorang blogger juga kan harusnya tau kode etik kepenulisan, meskipun tidak secara tertulis, yaitu: bisa bertanggung jawab atas tulisannya dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Apalagi kalau sudah menyangkut tulisan opini. Duh, jadi keki -.-"
Elo termasuk teman yang 'baik hati', bro,
BalasHapusKalau dari awal sudah tidak cocok, kenapa masih juga dihubungi dan di koreksi? Orang-2 yang berpandangan sempit seperti itu tak bakal mau di koreksi, brother. So, kenapa susah payah berusaha meluruskannya.
Biarlah dia semakin jauh tersesat dalam ke-denial-annya. Biar makin bingung dan linglung.
Tapi kamu jangan ikutan linglung, ya?
@Rae: Wah setuju banget sama pendapat kamu. mungkin udah karakternya kaya gitu: "denial forever" wkwkwk...
BalasHapusKalo aku perhatikan postingan"annya selalu bernada negatif, under estimate, menyepelekan karya orang, merasa paling tau dll (kalo mau liat blognya, tar aku kasih tau, tp jgn disini ya. coz aku masih cukup punya etika he he he...).
@arik: Benar kata kamu bro. Mungkin aku memang terlalu 'baik hati' dan kadang terlalu 'naif' dalam bersahabat he he he... Aku emang orangnya objektif, jadi bisa mengapresiasi karya orang dengan tidak berdasarkan suka/tidak suka sama pembuatnya.
Iya sih, biarkan dia semakin terperosok jauh ke dalam dunianya, yang tidak diterima di dunia hetero maupun dunia homo wkwkwk...
Aku mah ga akan ikutan linglung atuh, kan punya temen bertanya, salah satunya loe (yang udah master banget he he he...).
Wah, mau mau mau :) di-imel aja ya? Di secret_on_screen@yahoo.com. Hehe, makasih lho ya :D
BalasHapus@Rae: Siiiiip... langsung aku kirim ke email he he he... Tapi 3 postingan yang aku maksud, sudah ga ada lagi. Tapi dari tulisan-tulisan lain bakal bisa menilai juga kok.
BalasHapuskalo masalah novel sih mungkin urusan selera gaya cerita kali ya, rel...
BalasHapuskalo opini... hmmm... gimana ya... gw jadi penasaran apa yang dia tulis... sayang udah di-delete ya...
*garuk garuk*
eh... gw juga mau dikirimin link blog-nya dong, rel... ke okitya@gmail.com
----nuhun ya...
@Okit Jr: Betul Kit, suka/tidak suka novel mah soal selera.
BalasHapusTapi dia menilai buruk tanpa membaca satupun karya Andrei Aksana, dan membaca cuma 2 bab buku supernova-nya Dee.
Kalo menurut aku, sebelum menilai baik/buruk suatu karya itu kan kudu tau dulu isinya secara keseluruhan. Bukan main tebak-tebakan gitu.
Linknya udah aku e-mail.
Halo mas Farrel, cm pengen bilang sy juga jd silent reader nya mas Farrel lo... hehe...
BalasHapussalam dari Bali
@putu friendlybaliboy: Hi putu, seneng sekali punya silent reader he he he... aku udah follow blog kamu juga lho.
BalasHapussalam dari bandung juga ya...
hahahaha......menarik sekali farrel bahas ini sampai jadi satu topik tersendiri.
BalasHapusPengen tauuuu
Hmmm,
BalasHapusItu bentuk kekecewaan dia terhadap dirinya dan keadaannya. Yang aku lihat dia sama kayak aku, hanya saja mungkin aku lebih memilih menjadikan diri sendiri sebagai pelampiasan, sedang dia sebaliknya. Ga semua orang bisa nyaman dengan keadaan ini, dan ga semua orang bisa memahami apa yang dia alami. Aku tau apa yang dia rasakan, dan aku bersimpati.
@BaS: Biasalah BaS, aku cuma ingin berbagi sedikit pengalaman, ga ada tendensi apa" he he he... kemaren kan kita udah chat panjang lebar di YM, jadi udah ngerti dong? :p
BalasHapus@B: Mungkin juga begitu bro,dari sekian yang komen, ada jg yg komen via YM yang mengaku kurang lebih mengalami hal yang sama. Yang penting bisa cari solusi aja, jangan sampai merusak diri sendiri...
aku habis baca tulisan bagus,,, judulnya gaya nusantara (nama majalah gay, tp aku blum pernah bc majalahnya). hbis baca aku jadi teringat blog ini,,,
BalasHapusditulis oleh linda christanty, berupa reportasi yg ditulis dengan gaya bercerita. sangat menarik!
@novi aja: thx infonya, sista... tar aku googling dech :)
BalasHapus@anonim: sorry gw hapus, komen" yang tidak sopan. kalo kamu bukan pengecut ngapain bikin 4 komen pake anonim? (mulai sekarang aku tidak mengijinkan komen by anonim).
foto fb aku burem? yakin loe? masa hasil jepretan kamera SLR burem? kalo picnya diprivate emang iya, biar ga sembarang orang bisa seenaknya masuk fb aku.
Mau nyerang aku secara fisik dan umur??? aduh ga ngaruh kali (aku malah pengen ketawa boss!!!).
yang perlu dicatat, aku tau siapa kamu!!!
broooo... kalo dah komeng diblog saya jgn dihapus lagi yaaa????? hehehehehe
BalasHapus@Sinyo: biasanya dihapus tuh gara" ada yang salah ketik, atau ga enak dibaca. tapi setelah itu aku suka langsung bikin komen hasil revisinya lho...
BalasHapusBro, mampir juga ya ke rumah keduaku di digitallybee.blogspot.com soalnya rumah yg lama mau dikhusus-in buat postingan2 "hardcore" aja wkwkwkwkwkwkwkwk.
BalasHapus@B: siiip... wah, bakal seru neh kalo ada cerita hardcore mah he he he... aku sudah jadi pengikut blog yang kamu maksud lho...
BalasHapushehehe, sy juga pernah mengalami kejadian serupa mas... meski dgn cerita yg kinda different and bit twisted ;)
BalasHapus@friendlybaliboy: emang sih di sekeliling kita pasti banyak orang" kaya gitu. tapi kalo boleh memilih, males banget buat ketemu orang macam itu he he he...
BalasHapusBanyak juga orang homophobic sbnrnya homosexual.. mereka homophobic sebagai bentuk reaksi menekan dorongan dalam dirinya. Sama kayak orang lagi naksir seseorang tapi yg keluar malah reaksi benci.. yg kata Freudian theory sih disebut reaction formation. di sisi lain jg terkesan ada kompensasi atas inferiority feeling ya? bentuknya jadi intelektualisasi, berusaha membuat diri terlihat pintar untuk melindungi self esteem yang rendah.
BalasHapusYucky: Bener banget tuh bro. btw kamu anak psikologi ya? he he he... soal pengen terlihat pintar kayanya bener juga. coz postingannya kadang suka ngawur dalam hal ke-validan datanya (kaya asal kutip). contoh yang terakhir dia menulis lagu duetnya trie utami & utha likumahua adalah: 'pernah memiliki' padahal yang bener 'mungkinkah terjadi'. dan sudah bisa ditebak komen aku langsung dihapus (beberapa kali terjadi seperti itu). kalo aku malu lah menulis sesuatu yang datanya salah (tp dia mah keukeuh tidak mau meralat tulisannya) nhe he he...
BalasHapusHmm. Kayaknya saya tahu rahman ini siapa. Tapi bener dia gak ya... hihi.
BalasHapus@Kucing Senja: O ya? bisa benar, bisa tidak he he he...aku kasih 1 clue ya, dia sangat suka kucing (sesuai dengan nama samaran kamu ya? he he he...).
BalasHapusHihihi
BalasHapusNama Rahman itu rima akhirnya sama dengan nama panggilannya dia di inet, sama-sama 'man'..
wah ini baru keren...postingan si farel....
BalasHapus@Kucing Senja: Kamu bener banget he he he... aku memang sengaja suka ngasih nama samaran yang sedikit mengandung unsur nama dari aslinya ha ha ha...
BalasHapus@Anonim/stevan stevanovic: Makasih bro, semoga kamu dapat sesuatu dari postingan aku ya :)
@Reno Rasiwara: Thx buat linknya, semoga bermanfaat buat kita semua... segera meluncur ke link itu he he he...
BalasHapusThanks for the article really intresting would u mind to visit our website on Kampus terkemuka
BalasHapus