Gw ga inget, entah kapan gw pertama kali mendengar lagu ‘House For Sale’. Tapi lagu ini sangat akrab di telinga dan memory gw. Dilantunkan oleh sebuah Grup Band jadul asal Belanda, yang namanya cukup bikin merinding, Lucifer!! Yupz, dalam Bible, Lucifer adalah nama Malaikat kegelapan, malaikat pemberontak yang berubah menjadi cikal bakal iblis. Tapi apalah arti sebuah nama? Yang penting lagunya enak didengar he he he... Warna suara vocalisnya: Margriet Eshuijs, cocok banget membawakan lagu ini. House For Sale, sebuah lagu lama yang masih enak untuk didengar, ‘oldies never dies’...
HOUSE FOR SALE
Song by Lucifer
The sound went up one rainy morning
Just a couple of hours after dawn
Mrs. Hadley Peapped drew her curtains
Wondering what was going on
The neighbor sat over coffee cups
That nice young couple is breaking up
And in the living room the linen and the crystals
Set all packed-up and set to go
I tell myself once more I would be here in spring
To see my roses glow
And all the things you tried to fix
The roof still leaks, the door still sticks
House for sale
You can read it on the sign
House for sale
It was yours and it was mine
And tomorrow some strangers
Will be climbing up the stairs
To the bedroom filled with memories
The one we used to share
I know you've always loved that painting
From that tinny little shop in Spain
Remember how we found it when we've ducked in
From that sudden summer rain
But I think I'll keep the silver tray
My mother gave us on our wedding day
House for sale
You can read it on the sign
House for sale
It was yours and it was mine
And tomorrow some strangers
Will be climbing up the stairs
To the bedroom filled with memories
The one we used to share
House for sale
You can read it on the sign
House for sale
It was yours and it was mine
And tomorrow some strangers
Will be climbing up the stairs
To the bedroom filled with memories
The one we used to share
House for sale
You can read it on the sign
House for sale
It was yours and it was mine
And tomorrow some strangers
Will be climbing up the stairs
To the bedroom filled with memories
The one we used to share
House for sale
You can read it on the sign
House for sale, oho
It was yours and it was mine
And tomorrow some strangers
Will be climbing up the stairs
To the bedroom filled with memories
The one we used to share
Sudah lama rumah itu terbengkalai dan kosong. Rerumputan liar tumbuh tak beraturan dihalaman. Debu menebal dimana-mana dan sarang laba-laba berjuntaian di tiap sudut ruangan. Lebih dari 3 tahun rumah itu ditinggalkan kami. Rumah tempat dimana gw dan sodara-sodara gw dibesarkan. Rumah tempat keluarga kami berlindung dari sengatan matahari, dari dinginnya angin malam, dan dari derasnya air hujan. Rumah tempat keluarga kami bernaung, bercanda, menangis, dan tertawa bersama.
Lebih dari 4 dasawarsa rumah itu menjadi milik keluarga kami. Dan sudah 3 kali mengalami renovasi. Semenjak menikah papa dan mama menempati rumah itu, rumah keluarga kami.
Di tanah seluas 240 meter persegi, rumah itu dibangun. Dulu sekali, waktu gw masih kecil, gw masih inget banget, di pekarangan rumah gw terdapat 2 batang pohon kelapa, 1 pohon nangka, 1 pohon pete, 1 pohon jambu air, 1 pohon belimbing, dan aneka bunga warna-warni, dengan tanaman daun mangkokan sebagai pagar hidup. Tak heran kalo suasana di rumah kami sejuk dan rimbun. Karena usia dan alasan-alasan lainnya, pohon-pohon itu satu per satu ditebang, dan terakhir hanya menyisakan pohon nangka (konon pohon nangka itu ditanam oleh papa persis sewaktu gw lahir).
Rumah itu memang ga terlalu luas, hanya 1 lantai dan memiliki 1 kamar utama dan 4 kamar anak-anak. Tapi kami merasa nyaman tinggal disana.
Sedari kecil gw senang memelihara binatang, dan rumah kami itu sangat memungkinkan gw untuk memelihara binatang-binatang kesayangan gw. Ayam, burung parkit, gelatik, kutilang, merpati, kelinci, marmut, kura-kura, ikan hias dan anjing pernah gw miliki. Tapi dari semua itu hanya ikan hias dan anjing yang paling sering gw pelihara. Sudah 7 ekor anjing yang menghangatkan suasana keluarga kami. Ticky, Della, Jenny, Bella, Bonny, Shiro, dan Scrappy itulah nama anjing-anjing gw. Mereka silih berganti menjadi hewan kesayangan gw. Di rumah, gw hanya diijinkan memelihara 1 ekor anjing saja. Dipelihara mulai dari kecil sampai tua dan mati, lalu diganti dengan anjing lainnya.
Sudah 2 tahun yang lalu, rumah kami dipasangi plang “Rumah Ini Akan Dijual”. Tapi belum juga ada pembeli yang cocok. Kini, setelah hampir 4 tahun Papa meninggal, kami sekeluarga memutuskan untuk menjual rumah itu kepada tetangga kami. Dengan pertimbangan: daripada rusak terbengkalai karena akhir-akhir ini makin sering terendam banjir, akhirnya dengan berat hati kami melepas rumah kami itu ke tangan orang lain. Segala proserdur jual beli dan urusan tetek bengek lainnya sudah kami bereskan. Proses akad jual beli rumah kami pun sudah tuntas.
Beberapa minggu yang lalu, untuk terakhir kalinya gw memasuki rumah itu. Gw mengambil benda-benda milik keluarga gw yang masih tersisa di rumah itu. Ada rasa sesak di dada. Sedih, haru, membuncah bersama sejuta kenangan yang berseliweran di otak gw. Hmmmhhh... Kini rumah itu sudah bukan milik kami lagi...
Lagu ‘House For Sale’, kembali mengalun dari laptop gw menambah suasana hati gw semakin biru dan sendu. Selamat tinggal rumahku tercinta...
Conclusions:
Ada yang pergi, ada yang kembali. Ada yang hilang, ada yang ditemukan. Benda boleh rusak dan lenyap. Tapi, selama gw masih ada, kenangan itu akan tetap terpelihara.
Menyimpan sejuta memori ya? Yang baik, juga yang buruk.... Tapi tetep aja memori
BalasHapusWah, Aku juga sulit membayangkan bagaimana sedihnya harus melupakan rumah yang selama bertahun-tahun kita tempati bersama orangtua dan saudara2 kita. Bagaimanapun pahitnya sesuatu yang pernah kita rasakan disana, tapi ia akan tetap menjadi bagian dari diri kita yang sulit untuk dilupakan. Terlebih lagi jika hal itu berupa kebahagian.
BalasHapusAku sebenarnya ingin sekali memiliki rumah tetap yang bisa dihuni puluhan tahun, turun temurun. Tetapi kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan, akhirnya selama ini aku sudah merasakan tiga kali pindah rumah dengan sistem kontrak. Sangat merepotkan, tapi ya sudahlah.
BalasHapusSemoga di hunian Farrel yang baru, bisa bertahan selamanya.
@Zhou Yu: Betul bro, disana banyak bgtz kejadian" ga bisa terlupakan. dan memori" yang ga bs tergantikan dengan apapun jg.
BalasHapus@CORETAN HIDUP: Yupz, sedih dan haru bercampur aduk. tapi, kehidupan berjalan terus... perjuangan belum berakhir...
@SAP: Kebahagiaan itu bukan karena kita 'memliki kelebihan', tapi karena kita 'mensyukuri apa yang kita punya'. jadi apapun milik kita, syukurilah. Btw, sebenernya aku sudah 6 tahun meninggalkan rumah itu bro, tp tetep aja ada sisi pengalaman emosional saat melepas sesuatu yang pernah jadi bagian hidup kita he he he...
Baca post ini jadi pengen cepet2 tinggal serumah sama pacar :D Good one, ko
BalasHapus@RainPrince: Semoga segala harapan dan cita" kamu segera terwujud, de. Thx.
BalasHapusbener banget..terkadang sangat berat melepas sesuatu hal milik kita yang penuh dengan perjuangan dan kenangan...tapi itu lach proses hidup..mungkin suatu sa'at aq pun akan mengalami hal yang sama...hehehhehehheh
BalasHapus@cameo: yupz, tapi gw percaya: dalam setiap padang gurun pasti ada mata airnya. dalam setiap masalah pasti ada solusinya. dalam setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
BalasHapus